Rabu, 22 Mei 2013

Agama Sikh

PEMBAHASAN

1.      Sejarah dan Perkembangan Agama Sikh

Anak benua Indo-Pakistan tercatat sebagai tempat kelahiran berbagai agama besar. Salah satu diantaranya ialah agama Sikh, tepatnya wilayah bagian Punjab, yang dalam literatur-literatur Barat disebut The Sikh Religion atau The Religion of Sikh atau Sikhism yang bisa diterjemahkan menjadi Sikhisme. Agama-agama lainnya adalah Hinduisme, Jainisme, Buddhisme dan sejumlah besar aliran atau sekte keagamaan lainnya.[1]
Di tempat ini pula Ahmadiyah muncul pada pertengahan abad ke-19. Hingga sekarang daerah Punjab merupakan wilayah kediaman sebagian besar pengikut agama Sikh atau Sikha, yang menurut catatan paling akhir berjumlah sekitar 16 juta jiwa atau sekitar 2% dari seluruh penduduk India saat ini.[2]
Orang-orang Sikh adalah suatu ras yang luar biasa. Jumlah seluruhnya di dunia ini kurang lebih ada 10 juta orang. Segala sesuatu tentang mereka ini luar biasa, pakaian mereka, sejarah mereka, dan terutama sekali adalah kelahiran mereka.
Sebelum diadakan pemisahan India, kebanyakan orang Sikh hidup di daerah Punjab (daerah yang mempunyai lima sungai), suatu propinsi yang luas, terletak di bagian utara India. Sejak pemisahan India di tahun 1974, lebih dari 2 juta orang Sikh harus meninggalkan rumah dan kampung halaman dan kekayaan mereka di daerah yang diserahkan kepada Pakistan. Mayoritas orang Sikh sekarang berada di Punjab Timur yang menjadi milik India.
Kepercayaan Sikh, atau lebih dikenal dengan nama “Khlasa” atau “yang murni” berasal dari agama Hindu, muncul dalam tahun 1699 M dan dianggap sebagai kepercayaan yang paling kontemporer di dunia ini.[3]
Agama Sikh lahir dan mulai berkembang bersamaan waktunya dengan kelahiran agama Protestan di Eropa, yaitu di akhir abad ke-19 M. Guru Nanak sendiri hanya empat belas tahun lebih tua dari pada Martin Luther, pendiri Agama Protestan itu. motivasi kelahirannya juga senada dengan kelahiran Protestan. Kalau Protestan lahir sebagai reaksi terhadap eksistensi dan kekuasaan gereja Katolik Roma di daratan Eropa, maka Agama Sikh lahir sebagai reaksi terhadap Agama Brahma atau Hinduisme.
Agama Sikh semenjak kelahirannya sekitar lima abad yang lalu, sampai sekarang masih tetap menarik perhatian para peminat penelitian agama. Hal ini bukan saja karena keunikan tokoh pendirinya, perjalanan sejarah perkembangannya dan seluk-beluk hubungannya dengan berbagai agama lain, tetapi juga karena peristiwa-peristiwa sejarah, baik yang bersifat keagamaan maupun politik, yang langsung diperankannya.
Sikh berarti murid, dan Sikha berarti murid atau pengikut Sikh. Ada juga yang mengartikan Sikh sebagai “suatu masyarakat agama di India dan Pakistan” atau suatu sekte keagamaan yang berasal dari penyelewengan terhadap “Bramanis-Hinduisme.” Agama Sikh dikatakan juga sebagai agama “sinkretis” karena ia didirikan dengan maksud “memperdamaikan antara Islam dan Hinduisme.”
Memang, baik dari segi sosial dan politik, maupun dari sudut pandangan agama, agama Sikh sungguh-sungguh menentang pengaruh Brahmana dan sistem kasta yang diajarkannya. Mungkin pendapat yang mengatakan bahwa ia lebih dekat kepada Islam daripada Hinduisme ada benarnya.
Pengikut Guru Nanak, pendiri agama Sikh, yang beragama Hindu tidak dianggap sebagai penganut politeisme, karena mereka mengatakan bahwa mereka adalah penganut kepercayaan yang monoteis. Kenyataan ini dapat dianggap sebgaai pertanda bahwa agama Sikh lebih merupakan agama yang mencoba menyatukan ajaran monoteis Islam dengan politeis Hinduisme. Oleh sebab itu, dari satu segi, adalah menrik juga kalau banyak di antara penulis biografi Guru Nanak menganggap Sikh sebagai suatu agama damai atau agama kedamaian, sementara, dari segi lain, orang dapat menyangkal pandangan ini.
Sejarah mencatat bagaimana getolnya kaum Sikh melakukan berbagai peperangan dan betapa militannya mereka melakukan gerakan-gerakan kekerasan. Mereka menimbulkan benturan-benturan yang menodai sejarah dan menggoyahkan haluan hidupnya semenjak aspirasi politik mulai mempengaruhi mereka di bawah pembinaan guru yang ke lima, Guru Arjun.
Adalah aneh, hubungan rohaninya dengan Islam dan Hindu banyak jalinkelindannya, akan tetapi dengan Buddhisme dan Kristen jarang terdengar komentar. Hanya Guru Govind Singh yang terlihat berusaha menarik minat umat Buddha dan pengikut Kristen. Dia sendiri, melalui pernyataan dan perbuatannya, tampak agak terpengaruh oleh kedua agama tersebut. Hal ini mungkin dapat dianggap memperkokoh kedudukan Sikh sebagai agama sinkritis.
Memang, agama Sikh bukan Hinduisme dan bukan pula Islam. agama tersebut adalah “Agama Guru dan Murid.” Pada waktu Nanak pergi naik haji ke Mekah, pakaian umrah yang dikenakannya berwarna biru, menyalahi pakaian umrah yang biasa berlaku, yaitu putih. Nanak sendiri pada waktu umrah berlagak seperti seorang darwis atau fakir yang minta-minta. Ketika ia pergi ke Ceylon, raja Ceylon saat itu ingin mendapatkan kepastian tentang agama Nanak : apakah Muslim atau Hindu. Ketika hal tersebut ditanyakan kepadanya, ia menjawab: “The True Guru has solved the problem of two ways. It is he, who fixed attention on one God, and whose mind wave-reth not, who can understand it.” Nanak mengaggap dirinya sungguh-sungguh telah menjadi seorang guru yang mengajarkan suatu agama atau kepercayaan baru, yaitu “Tidak ada Hindu dan Tidah ada Muslim.[4]

A.    Pendiri Agama Sikh

Sudah beberapa kali pendiri Agama Sikh adalah Guru Nanak. Riwayat hidupnya yang lengkap termuat dalam sebuah buku yang dikenal dengan nama Janam Sakhis, Kisah-kisah Kehidupan. Max Arthur Macauliffe menulis sebuah buku yang berjudul The Sikh Religion: It’s Gurus, Sacred Writings and Authors, 6 jilid (London: Oxford University Press, 1909), yang memuat terjemahan lengkap Janam Sakhis tersebut.
Guru Nanak dilahirkan di Talwandi Rai Bhoe, sebuah desa kecil di tepi sungai Ravi, sekitar empat kilometer sebelah barat Lahore, ibu kota wilayah Punjab, pada tanggal 15 April 1469. Desa tersebut sekarang dikenal dengan nama Nankana Sahib, yang berarti “desa tempat kelahiran Nanak.” Dari sudut kacamata Hindu, orang tuanya memiliki kasta Ksatria. Ayahnya, Mehta Kalu, adalah seorang Patwari, atau Akuntan desa, yang bekerja pada perusahaan milik Rai Bular, seorang Muslim, pemilik tanah yang luas di desa itu. Ibunya, Tripta, adalah seorang Hindu yang fanatik. Mereka adalah keturunan suku Khattri yang termasuk bangsa Arya. Oleh sebab itu agama Sikh dikategorikan sebagai agama yang lahir atau berasal dari bangsa Arya, sebagaimana halnya agama Hindu, Jain dan Zoroaster.
Sejak semula Nanak sudah kelihatan sebagai orang yang nantinya akan tumbuh menjadi seorang perenung, senang bermeditasi, menjalani hidup dan kehidupan mistik. Ayahnya berusaha menjauhkannya dari kesenangan merenung tersebut dengan memberinya kesibukan dan mencarinya pekerjaan, karena ayahnya bercita-cita agar Nanak menjadi seorang pengusaha yang berhasil nantinya. Akan tetapi semua usaha ayahnya gagal.
Nanak bahkan bertambah lari ke kehidupan  meditatif. Ia makin lama makin tenggelam dalam kehidupan menyendiri dan berkontempalasi, dan ayahnya gagal mengalihkan perhatiannya kepada dunia usaha dan kesibukan duniawi.[5] Tindakan ini sangat menusuk hati ayahnya yang berusaha keras agar anaknya merubah pendirinya dan menjadi seorang pedagang.[6]
Guru Nanak menghabiskan sisa-sisa hidupnya di Kartarpur, tempat jamaah-jamaah besarnya selalu hadir mendengarkan dia berkhotbah. Setiap orang yang melihat dan mendengar khitbahnya selalu terpesona oleh kesalehan dan kepribadiannya yang luar biasa, juga kesucian jiwanya yang sangat kentara dalam setiap tingkah lakunya. Dikatakan, bahwa ia benar-benar merupakan hamba Tuhan dan kemanusiaan.
Pada hari wafatnya, yang bertepatan dengan tanggal 22 September 1539, pada usia 70 tahun. Suatu perselisihan dan pertengkaran diceritakan terjadi antara kaum Hindu dan umat Islam. masing-masing pihak menuntut bahwa pihaknyalah yang berhak merawat jenazahnya sesuai dengan ajaran yang dianutnya.
Kaum Hindu mengatakan, bahwa Nanak adalah orang Hindu, sebab dilahirkan di rumah dan kelurga Hindu; sementara umat Islam mengatakan, bahwa Nanak adalah seorang Muslim karena percaya pada syahadat Islam dan sudah melaksanakan rukun Islam yang kelima, yaitu haji. Pertengkaran itu berakhir dengan sendirinya, karena sewaktu mereka membuka penutup jenazah Nanak, mereka hanya menemukan setumpuk kembang dan tidak mendapati jasadnya.[7]

B.     Sejarah dan Guru-guru Agama Sikh

Sebagaimana telah diseburkan sebelumnya, Guru Nanak oleh para pengikut dan penganut agama Sikh diakui sebagai Guru Agung, Guru Utama Ynag Suci, yang telah melahirkan dan mengajarkan satu agama yang sangat berbeda dengan agama Hindu atau Hinduisme.
Malahan, ide-ide keagamaannya hampir sama dengan ide-ide keislama, terutama dari segi mistik. Itulah sebabnya Guru Nanak juga dikatakan sebagai seorang sufi.
Akan tetapi, agam Sikh mengalami perjalanan sejarah yang ironis. Bersamaan dengan perjalanan waktu yang dilalui orang-orang Sikh yang menyebut diri mereka sebagai pengikut setia Guru Nanak, mulai semakin dekat kepada Hinduisme dan sebaliknya semakin asing dari Islam. Hal ini dimungkinkan oleh adanya tiga faktor utama:
1.      Setelah Nanak meninggal dunia banyak pengikut Nanak menghimpun diri dalam satu golongan atau sekte tersendiri, meskipun Guru Nanak tidak secara terang-terangan menyatakan telah membawa agama baru dan tidak membentuk satu masyarakat terpisah dari penganut-penganut agama lain.
2.      Kebanyakan dari pengikut agama Sikh berasal dari penganut agama Hindu yang masih mengikuti ajaran dan praktek keagamaan yang lama. Mereka juga lebih dekat dengan hubungannya dengan agama lainnya daripada Islam.
3.      Konflik-konflik politik antara kaum Sikh dengan penguasa kerajaan Mongol membuat mereka benci kepada Islam dan umat Islam pada umumnya. Oleh karena itu mereka lebih dekat dengan orang-orang Hindu dan menjadikannya satu sekte dari Hinduisme. Hal ini terlihat setelah Sikh berada di bawah kepemimpinan guru ke lima mereka.

Berikut adalah sepuluh urutan masing-masing guru Sikh beserta peranan masing-masing dalam perjalanan sejarah agama Sikh:
1.      Guru Nanak, dianggap sebagai pendiri agama Sikh. Riwayat hidupnya sudah diuraikan.
2.      Guru Angarh (1539-1552)
3.      Amar Das (1552-1574)
4.      Ram Das (1574-1581)
5.      Arjun (1581-1606)
6.      Har Gobind (1606-1645)
7.      Har Rai (1645-1661)
8.      Hari Krishen (1661-1664)
9.      Tegh Bahadur (1664-1675)
10.  Govind Singh (1675-1708)
2.      Ajaran dan Praktek Keagamaan 

A.    Ajaran Agama Sikh
1.      Tentang Tuhan Yang Maha Esa
2.      Tentang Sabda adalah Kata Tuhan
3.      Tentang Guru sebagai Penuntun Hidup Abadi
4.      Tentang Praktek Spirituil (Sadhana)[8]

B.     Kitab Suci Agama Sikh
1.      Adi Granth
2.      Dasam Granth

C.    Praktek Keagamaan Sikh
Agama Sikh tidak banyak merumuskan upacara ibadat. Ibadat yang paling pokok adalah semadi dalam rangka mengingat Tuhan untuk menyucikan rohani dari pengaruh-pengaruh yang menjauhkan manusia dari Tuhan.
Nama Tuhan yang Murni diwujudkan dalam bentuk jamaah yang oleh mereka disebut dengan Khalsa Panth (Jalan Yang Murni). Orang yang sudah menempuh jalan ini, artinya sudah menjadi anggotanya melalui sakramen atau baptis, akan memperoleh status sebagai “orang yang suci murni.”
Tidak semua kaim Sikh mengakui dan mau menerima upacara sakramen dalam bentuk pembaptisan ini. Mereka menganggap bahwa baptis atau sakramen bukan ajaran Nanak. Mereka tetap mengutamakan semadi dan ketentraman jiwa dalam ibadat. Mereka disebut Sahajdharis atau “orang yang hidup tentram.”
Akhirnya perlu dilihat kembali keyakinan dan kecenderungan Nanak sendiri selama dia bersentuhan dengan berbagai ajaran agam yang dianut oleh masyarakat India, terutama agama Hindu dan Islam.
Ibadat-ibadat Hindu jelas ditolak semuanya oleh Nanak, tapi ibadat-ibadat Islam juga tidak ada yang ditetapkannya sebagai ibadat kaum Sikh. Jalan semadi dan zikir yang diutamakannya untuk menyembah Tuhan adalah merupakan jalan mistik yang paling populer dalam semua agama. Melalui jalan mistik semua agama bertemu, sehingga benar kiranya bila dikatakan bahwa agam Sikh yang didirikan oleh Nanak merupakan agama mistik sinkretis.[9]

KESIMPULAN
Agama Sikh didirikan oleh Guru Nanak (1469-1539). Kepercayaan Sikh, atau lebih dikenal dengan nama “Khlasa” atau “yang murni” berasal dari agama Hindu, muncul dalam tahun 1699 M.
Sikh berarti murid, dan Sikha berarti murid atau pengikut Sikh. Ada juga yang mengartikan Sikh sebagai “suatu masyarakat agama di India dan Pakistan”
Agama Sikh dikatakan juga sebagai agama “sinkretis” karena ia didirikan dengan maksud “memperdamaikan antara Islam dan Hinduisme.”

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mukti (pengantar), Agama-Agama Dunia, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press,1988 Cet.I

Pendit, Nyoman S., Guru Nanak dan Agama Sikh, Jakarta: Yayasan Sikh Gurdwara Mission: 1988, Cet.II, h. 27
Naik, Zakir, Concept of God in Major Religions, New Delhi: Adam Publishers & Distributors, 2007

Dictionary of Religion,





[1] Mukti Ali (pengantar), Agama-Agama Dunia, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press,1988 Cet.I, h. 183
[2] Ibid, h. 185
[3] Nyoman S. Pendit, Guru Nanak dan Agama Sikh, Jakarta: Yayasan Sikh Gurdwara Mission: 1988, Cet.II, h.26
[4] Ibid, h.185
[5] Ibid, h.186
[6] Nyoman S. Pendit, Guru Nanak dan Agama Sikh, h.17
[7] Ibid,h. 191
[8] Nyoman S. Pendit, Guru Nanak dan Agama Sikh, h. 87
[9] Ibid, h.206-207

Mengenal Tradisi Pernikahan India Agama Sikh lihat disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar