PEMBAHASAN
1.
Sejarah dan Perkembangan Agama Sikh
Anak benua Indo-Pakistan tercatat sebagai tempat
kelahiran berbagai agama besar. Salah satu diantaranya ialah agama Sikh, tepatnya
wilayah bagian Punjab, yang dalam literatur-literatur Barat disebut The Sikh
Religion atau The Religion of Sikh atau Sikhism yang bisa
diterjemahkan menjadi Sikhisme. Agama-agama lainnya adalah Hinduisme, Jainisme,
Buddhisme dan sejumlah besar aliran atau sekte keagamaan lainnya.[1]
Di tempat ini pula Ahmadiyah muncul pada pertengahan abad
ke-19. Hingga sekarang daerah Punjab merupakan wilayah kediaman sebagian besar
pengikut agama Sikh atau Sikha, yang menurut catatan paling akhir berjumlah
sekitar 16 juta jiwa atau sekitar 2% dari seluruh penduduk India saat ini.[2]
Orang-orang Sikh adalah suatu ras yang luar biasa. Jumlah
seluruhnya di dunia ini kurang lebih ada 10 juta orang. Segala sesuatu tentang
mereka ini luar biasa, pakaian mereka, sejarah mereka, dan terutama sekali
adalah kelahiran mereka.
Sebelum diadakan pemisahan India, kebanyakan orang Sikh
hidup di daerah Punjab (daerah yang mempunyai lima sungai), suatu propinsi yang
luas, terletak di bagian utara India. Sejak pemisahan India di tahun 1974,
lebih dari 2 juta orang Sikh harus meninggalkan rumah dan kampung halaman dan
kekayaan mereka di daerah yang diserahkan kepada Pakistan. Mayoritas orang Sikh
sekarang berada di Punjab Timur yang menjadi milik India.
Kepercayaan Sikh, atau lebih dikenal dengan nama “Khlasa”
atau “yang murni” berasal dari agama Hindu, muncul dalam tahun 1699 M dan
dianggap sebagai kepercayaan yang paling kontemporer di dunia ini.[3]
Agama Sikh lahir dan mulai berkembang bersamaan waktunya
dengan kelahiran agama Protestan di Eropa, yaitu di akhir abad ke-19 M. Guru
Nanak sendiri hanya empat belas tahun lebih tua dari pada Martin Luther,
pendiri Agama Protestan itu. motivasi kelahirannya juga senada dengan kelahiran
Protestan. Kalau Protestan lahir sebagai reaksi terhadap eksistensi dan
kekuasaan gereja Katolik Roma di daratan Eropa, maka Agama Sikh lahir sebagai
reaksi terhadap Agama Brahma atau Hinduisme.
Agama Sikh semenjak kelahirannya sekitar lima abad yang
lalu, sampai sekarang masih tetap menarik perhatian para peminat penelitian
agama. Hal ini bukan saja karena keunikan tokoh pendirinya, perjalanan sejarah
perkembangannya dan seluk-beluk hubungannya dengan berbagai agama lain, tetapi
juga karena peristiwa-peristiwa sejarah, baik yang bersifat keagamaan maupun
politik, yang langsung diperankannya.
Sikh berarti murid, dan Sikha berarti murid
atau pengikut Sikh. Ada juga yang mengartikan Sikh sebagai “suatu
masyarakat agama di India dan Pakistan” atau suatu sekte keagamaan yang berasal
dari penyelewengan terhadap “Bramanis-Hinduisme.” Agama Sikh dikatakan juga
sebagai agama “sinkretis” karena ia didirikan dengan maksud “memperdamaikan
antara Islam dan Hinduisme.”
Memang, baik dari segi sosial dan politik, maupun dari
sudut pandangan agama, agama Sikh sungguh-sungguh menentang pengaruh Brahmana
dan sistem kasta yang diajarkannya. Mungkin pendapat yang mengatakan bahwa ia
lebih dekat kepada Islam daripada Hinduisme ada benarnya.
Pengikut Guru Nanak, pendiri agama Sikh, yang
beragama Hindu tidak dianggap sebagai penganut politeisme, karena mereka
mengatakan bahwa mereka adalah penganut kepercayaan yang monoteis. Kenyataan
ini dapat dianggap sebgaai pertanda bahwa agama Sikh lebih merupakan agama yang
mencoba menyatukan ajaran monoteis Islam dengan politeis Hinduisme. Oleh sebab
itu, dari satu segi, adalah menrik juga kalau banyak di antara penulis biografi
Guru Nanak menganggap Sikh sebagai suatu agama damai atau agama
kedamaian, sementara, dari segi lain, orang dapat menyangkal pandangan ini.
Sejarah mencatat bagaimana getolnya kaum Sikh melakukan
berbagai peperangan dan betapa militannya mereka melakukan gerakan-gerakan
kekerasan. Mereka menimbulkan benturan-benturan yang menodai sejarah dan
menggoyahkan haluan hidupnya semenjak aspirasi politik mulai mempengaruhi
mereka di bawah pembinaan guru yang ke lima, Guru Arjun.
Adalah aneh, hubungan rohaninya dengan Islam dan Hindu
banyak jalinkelindannya, akan tetapi dengan Buddhisme dan Kristen jarang
terdengar komentar. Hanya Guru Govind Singh yang terlihat berusaha
menarik minat umat Buddha dan pengikut Kristen. Dia sendiri, melalui pernyataan
dan perbuatannya, tampak agak terpengaruh oleh kedua agama tersebut. Hal ini
mungkin dapat dianggap memperkokoh kedudukan Sikh sebagai agama sinkritis.
Memang, agama Sikh bukan Hinduisme dan bukan pula Islam.
agama tersebut adalah “Agama Guru dan Murid.” Pada waktu Nanak pergi naik haji
ke Mekah, pakaian umrah yang dikenakannya berwarna biru, menyalahi pakaian
umrah yang biasa berlaku, yaitu putih. Nanak sendiri pada waktu umrah berlagak
seperti seorang darwis atau fakir yang minta-minta. Ketika ia pergi ke Ceylon,
raja Ceylon saat itu ingin mendapatkan kepastian tentang agama Nanak : apakah
Muslim atau Hindu. Ketika hal tersebut ditanyakan kepadanya, ia menjawab: “The
True Guru has solved the problem of two ways. It is he, who fixed attention on
one God, and whose mind wave-reth not, who can understand it.” Nanak
mengaggap dirinya sungguh-sungguh telah menjadi seorang guru yang mengajarkan
suatu agama atau kepercayaan baru, yaitu “Tidak ada Hindu dan Tidah ada Muslim.[4]
A.
Pendiri Agama Sikh
Sudah beberapa kali pendiri Agama Sikh adalah Guru Nanak.
Riwayat hidupnya yang lengkap termuat dalam sebuah buku yang dikenal dengan
nama Janam Sakhis, Kisah-kisah Kehidupan. Max Arthur Macauliffe menulis
sebuah buku yang berjudul The Sikh Religion: It’s Gurus, Sacred Writings and
Authors, 6 jilid (London: Oxford University Press, 1909), yang memuat
terjemahan lengkap Janam Sakhis tersebut.
Guru Nanak dilahirkan di Talwandi Rai Bhoe, sebuah desa
kecil di tepi sungai Ravi, sekitar empat kilometer sebelah barat Lahore, ibu
kota wilayah Punjab, pada tanggal 15 April 1469. Desa tersebut sekarang dikenal
dengan nama Nankana Sahib, yang berarti “desa tempat kelahiran Nanak.” Dari
sudut kacamata Hindu, orang tuanya memiliki kasta Ksatria. Ayahnya, Mehta Kalu,
adalah seorang Patwari, atau Akuntan desa, yang bekerja pada perusahaan milik
Rai Bular, seorang Muslim, pemilik tanah yang luas di desa itu. Ibunya, Tripta,
adalah seorang Hindu yang fanatik. Mereka adalah keturunan suku Khattri yang
termasuk bangsa Arya. Oleh sebab itu agama Sikh dikategorikan sebagai agama
yang lahir atau berasal dari bangsa Arya, sebagaimana halnya agama Hindu, Jain
dan Zoroaster.
Sejak semula Nanak sudah kelihatan sebagai orang yang
nantinya akan tumbuh menjadi seorang perenung, senang bermeditasi, menjalani
hidup dan kehidupan mistik. Ayahnya berusaha menjauhkannya dari kesenangan
merenung tersebut dengan memberinya kesibukan dan mencarinya pekerjaan, karena
ayahnya bercita-cita agar Nanak menjadi seorang pengusaha yang berhasil
nantinya. Akan tetapi semua usaha ayahnya gagal.
Nanak bahkan bertambah lari ke kehidupan meditatif. Ia makin lama makin
tenggelam dalam kehidupan menyendiri dan berkontempalasi, dan ayahnya
gagal mengalihkan perhatiannya kepada dunia usaha dan kesibukan duniawi.[5]
Tindakan ini sangat menusuk hati ayahnya yang berusaha keras agar anaknya
merubah pendirinya dan menjadi seorang pedagang.[6]
Guru Nanak menghabiskan sisa-sisa hidupnya di Kartarpur,
tempat jamaah-jamaah besarnya selalu hadir mendengarkan dia berkhotbah. Setiap
orang yang melihat dan mendengar khitbahnya selalu terpesona oleh kesalehan dan
kepribadiannya yang luar biasa, juga kesucian jiwanya yang sangat kentara dalam
setiap tingkah lakunya. Dikatakan, bahwa ia benar-benar merupakan hamba Tuhan
dan kemanusiaan.
Pada hari wafatnya, yang bertepatan dengan tanggal 22
September 1539, pada usia 70 tahun. Suatu perselisihan dan pertengkaran
diceritakan terjadi antara kaum Hindu dan umat Islam. masing-masing pihak
menuntut bahwa pihaknyalah yang berhak merawat jenazahnya sesuai dengan ajaran
yang dianutnya.
Kaum Hindu mengatakan, bahwa Nanak adalah orang Hindu,
sebab dilahirkan di rumah dan kelurga Hindu; sementara umat Islam mengatakan,
bahwa Nanak adalah seorang Muslim karena percaya pada syahadat Islam dan sudah melaksanakan
rukun Islam yang kelima, yaitu haji. Pertengkaran itu berakhir dengan
sendirinya, karena sewaktu mereka membuka penutup jenazah Nanak, mereka hanya
menemukan setumpuk kembang dan tidak mendapati jasadnya.[7]
B.
Sejarah dan Guru-guru Agama Sikh
Sebagaimana telah diseburkan sebelumnya, Guru Nanak oleh
para pengikut dan penganut agama Sikh diakui sebagai Guru Agung, Guru Utama
Ynag Suci, yang telah melahirkan dan mengajarkan satu agama yang sangat berbeda
dengan agama Hindu atau Hinduisme.
Malahan, ide-ide keagamaannya hampir sama dengan ide-ide
keislama, terutama dari segi mistik. Itulah sebabnya Guru Nanak juga dikatakan
sebagai seorang sufi.
Akan tetapi, agam Sikh mengalami perjalanan sejarah yang
ironis. Bersamaan dengan perjalanan waktu yang dilalui orang-orang Sikh yang
menyebut diri mereka sebagai pengikut setia Guru Nanak, mulai semakin dekat
kepada Hinduisme dan sebaliknya semakin asing dari Islam. Hal ini dimungkinkan oleh
adanya tiga faktor utama:
1.
Setelah Nanak meninggal
dunia banyak pengikut Nanak menghimpun diri dalam satu golongan atau sekte
tersendiri, meskipun Guru Nanak tidak secara terang-terangan menyatakan telah
membawa agama baru dan tidak membentuk satu masyarakat terpisah dari
penganut-penganut agama lain.
2.
Kebanyakan dari pengikut
agama Sikh berasal dari penganut agama Hindu yang masih mengikuti ajaran dan
praktek keagamaan yang lama. Mereka juga lebih dekat dengan hubungannya dengan
agama lainnya daripada Islam.
3.
Konflik-konflik politik
antara kaum Sikh dengan penguasa kerajaan Mongol membuat mereka benci kepada
Islam dan umat Islam pada umumnya. Oleh karena itu mereka lebih dekat dengan
orang-orang Hindu dan menjadikannya satu sekte dari Hinduisme. Hal ini terlihat
setelah Sikh berada di bawah kepemimpinan guru ke lima mereka.
Berikut adalah sepuluh urutan masing-masing guru Sikh
beserta peranan masing-masing dalam perjalanan sejarah agama Sikh:
1.
Guru Nanak, dianggap
sebagai pendiri agama Sikh. Riwayat hidupnya sudah diuraikan.
2.
Guru Angarh (1539-1552)
3.
Amar Das (1552-1574)
4.
Ram Das (1574-1581)
5.
Arjun (1581-1606)
6.
Har Gobind (1606-1645)
7.
Har Rai (1645-1661)
8.
Hari Krishen (1661-1664)
9.
Tegh Bahadur (1664-1675)
10. Govind Singh (1675-1708)
2.
Ajaran dan Praktek Keagamaan
A.
Ajaran Agama Sikh
1.
Tentang Tuhan Yang Maha
Esa
2.
Tentang Sabda adalah Kata
Tuhan
3.
Tentang Guru sebagai
Penuntun Hidup Abadi
B.
Kitab Suci Agama Sikh
1.
Adi Granth
2.
Dasam Granth
C.
Praktek Keagamaan Sikh
Agama Sikh tidak banyak merumuskan upacara ibadat. Ibadat
yang paling pokok adalah semadi dalam rangka mengingat Tuhan untuk menyucikan
rohani dari pengaruh-pengaruh yang menjauhkan manusia dari Tuhan.
Nama Tuhan yang Murni diwujudkan dalam bentuk jamaah yang
oleh mereka disebut dengan Khalsa Panth (Jalan Yang Murni). Orang yang
sudah menempuh jalan ini, artinya sudah menjadi anggotanya melalui sakramen
atau baptis, akan memperoleh status sebagai “orang yang suci murni.”
Tidak semua kaim Sikh mengakui dan mau menerima upacara
sakramen dalam bentuk pembaptisan ini. Mereka menganggap bahwa baptis atau
sakramen bukan ajaran Nanak. Mereka tetap mengutamakan semadi dan ketentraman
jiwa dalam ibadat. Mereka disebut Sahajdharis atau “orang yang hidup
tentram.”
Akhirnya perlu dilihat kembali keyakinan dan
kecenderungan Nanak sendiri selama dia bersentuhan dengan berbagai ajaran agam
yang dianut oleh masyarakat India, terutama agama Hindu dan Islam.
Ibadat-ibadat Hindu jelas ditolak semuanya oleh Nanak,
tapi ibadat-ibadat Islam juga tidak ada yang ditetapkannya sebagai ibadat kaum
Sikh. Jalan semadi dan zikir yang diutamakannya untuk menyembah Tuhan adalah
merupakan jalan mistik yang paling populer dalam semua agama. Melalui jalan
mistik semua agama bertemu, sehingga benar kiranya bila dikatakan bahwa agam
Sikh yang didirikan oleh Nanak merupakan agama mistik sinkretis.[9]
KESIMPULAN
Agama Sikh didirikan oleh Guru Nanak (1469-1539). Kepercayaan
Sikh, atau lebih dikenal dengan nama “Khlasa” atau “yang murni” berasal dari
agama Hindu, muncul dalam tahun 1699 M.
Sikh berarti murid, dan Sikha berarti murid
atau pengikut Sikh. Ada juga yang mengartikan Sikh sebagai “suatu
masyarakat agama di India dan Pakistan”
Agama Sikh dikatakan juga sebagai agama “sinkretis”
karena ia didirikan dengan maksud “memperdamaikan antara Islam dan Hinduisme.”
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mukti (pengantar), Agama-Agama Dunia, Yogyakarta: IAIN
Sunan Kalijaga Press,1988 Cet.I
Pendit, Nyoman S., Guru Nanak dan Agama Sikh,
Jakarta: Yayasan Sikh Gurdwara Mission: 1988, Cet.II, h. 27
Naik, Zakir, Concept of God in Major Religions,
New Delhi: Adam Publishers & Distributors, 2007
Dictionary of Religion,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar