Rabu, 05 Juni 2013

Responding paper Agama Suku Aborigin

  a. Bangsa Aborigin   
Aborigin merupakan penduduk asli benua Australia. Aborigin Australia adalah istilah yang umum digunakan untuk merujuk pada orang-orang Aborigin dan penduduk pulau dari Selat Torres. Penduduk pribumi ini membentuk 2,4% dari populasi modern Australia. Mereka tinggal di daratan Australia, Tasmania, dan pulau-pulau sekitarnya. Diyakini suku Aborigin menempati Australia dan pulau sekitarnya hampir sejak 70.000 tahun yang lalu.  Penduduk pribumi ini berbicara lebih dari 250 bahasa dan dialek yang berbeda dan dianggap sebagai 20 jenis bahasa di dunia yang terancam punah.
b. Budaya Aborigin
Etnik Aborigin yang hidup di Australia ini mengembangkan kebudayaan sendiri berdasarkan kondisi lingkungan alam di mana mereka hidup. Mereka hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan (food gathering) dan ini sudah dipertahankan semenjak beribu-ribu tahun sebelum kedatangan bangsa kulit putih. Mereka tidak mengenal pertanian, karena, disamping faktor lingkungan alam yang kurang mendukung untuk diolah menjadi lahan pertanian, juga disebabkan oleh tidak adanya bibit tanaman untuk pertanian. Kenyataan ini ternyata dapat mereka pertahankan dalam waktu yang lama, karena cara ini mereka anggap paling effesien dalam memanfaatkan alam sebagai sumber kehidupan. Orang Aborigin menganggap diri mereka adalah bahagian dari alam dan semua benda-benda alam seperti binatang dan tumbuh-tumbuhan, menurut mereka, mempunyai sifat yang sama dengan manusia. Oleh karenanya dalam tradisi Aborigin sangat dipentingkan menjaga keharmonisan alam. Dalam mengumpulkan bahan makanan dan berburu  mereka selalu menjaga keseimbangan alam serta mampu memelihara sumber kehidupan. Sehingga dengan demikian persediaan sumber itu selalu terjamin.
Salah satu budaya yang terkenal dari suku Aborigin adalah senjata berburu yang sering mereka gunakan, yaitu Boomerang. Senjata ini sangatlah unik karena setelah dilempar jauh,dapat kembali lagi, senjata ini sering digunakan untuk berburu di hutan maupun padang savannah. Dalam kehidupan sehari-hari suku Aborigin memang di habiskan untuk berburu binatang liar seperti Kanguru (binatang khas Australia), selain menggunakan Boomerang mereka juga menggunakan senjata-senjata tradisional seperti tombak dan panah. Di saat musim dingin suku Aborigin menggunakan pakaian yang terbuat dari kulit kanguru. Bagi orang-orang Aborigin yang masih hidup secara tradisional, mereka tidak pernah mengenal bercocok tanam dan memelihara ternak, itulah sebabnya kelompok mereka tidak pernah pergi jauh dari sumber air maupun sungai.  Tempat tinggalnya pun masih bersifat nomanden atau berpindah-pindah, rumah yang dibuatnya pun sangat sederhana dan hanya terbuat dari ranting-ranting pohon dan daun-daun yang di susun. Dalam kehidupan bersosial antar suku, sebuah kelompok Aborigin diketuai oleh seorang pemimpin suku, ketua suku tersebut juga merangkap jabatan sebagai dukun atau tabib, dan turut memimpin dalam ritual-ritual adat maupun acara perkawinan.
Suku Aborigin sendiri terbagi atas banyak kelompok menurut wilayah yang mereka tinggali, diantaranya adalah Aborigin Bama di wilayah Queensland, Aborigin Koori di wilayah New south Wales dan Victoria, Aborigin Murri di wilayah Queensland selatan, Aborigin Noongar di wilayah selatan bagian Australia barat, Aborigin Nunga di wilayah Australia selatan, Aborigin Anangu di wilayah dekat perbatasan Australia selatan dan barat, serta Aborigin Palawah yang tinggal di pulau Tasmania. Komunitas Aborigin terbanyak ialah Aborigin Anangu yang memiliki populasi 32,5% dari seluruh orang Aborigin di Australia, namun jika dihitung keseluruhan dengan penduduk Australia suku Aborigin hanya berjumlah 517.000 jiwa dan jika di persentasi hanya 2,3%.
c. Bahasa
Aborigin Australia menampilkan beragam pola pengelompokan linguistik. Hal ini menampakan adanya variasi prakti-praktik budaya yang beragam, meskipun terkadang menujukan adanya tanda-tanda kesamaan. Pada data sensus menunjukan bahwa 72% Aborigin mempraktikan ajaran Kristen meskipun tidak sama persis, sementara 16% tidak menganut agama apapun. Saat ini terjadi peningkatan jumlah anggota masyarakat yang mengikuti ajaran Islam. Di antara suku Aborigin Australia, nilai-nilai religius dan tradisi lisan biasanya berdasarkan pada penghormatan terhadap pulau dan alam sekitar yang menjadi tempat tinggal mereka. Pada masa sebelumnya, kelompok yang berbeda menampilkan budaya, kepercayaan, dan bahasa sendiri.  
d. Tradisi
Menurut tradisi orang-orang Aborigin, tanah adalah merupakan bahagian yang sangat penting dalam kehidupan mereka. Tanah adalah suatu yang bersifat sakral, pemilikan atas tanah adalah mutlak untuk menjaga keharmonisan jagad raya. Sebelum kedatangan orang Eropa, hampir semua daratan Australia telah dipatok menjadi wilayah-wilayah suci setiap suku Aborigin. Wilayah dan batas-batasnya (border) mereka ingat dengan baik melalui balada-balada, karena mereka memang tidak melakukan pencatatan tertulis untuk itu. Di wilayah-wilayah itulah mereka melakukan segala kegiatan mulai dari berburu, mengumpul bahan makanan dan melaksanakan upacara-upacara keagamaan. Setiap border biasanya didiami oleh satu suku Aborigin yang masing masing memiliki spesifikasi budaya dan bahasa yang berbeda-beda.

e.  Sistem Kepercayaan dan Ajaran
Dreamtime atau Masa Impian adalah ‘masa sebelum waktu’ penciptaan dunia yang sakral.  Menurut kepercayaan Aborigin, para leluhur roh totem muncul dari bumi dan turun dari langit untuk membangunkan sebuah dunia yang gelap dan sunyi.  Mereka menciptakan matahari, bulan dan bintang, membentuk gunung, sungai, pohon dan mata air, lalu berubah menjadi manusia dan hewan.  Para leluhur roh ini menghubungkan masa lalu purba dengan masa sekarang dan masa depan melalui segala aspek budaya Aborigin.
Orang-orang Aborigin memiliki sistem kepercayaan "dream time". Mereka percaya kepada arwah nenek moyang dan percaya kepada kekuatan-kekuatan magic yang dimiliki oleh alam terutama binatang. Disamping itu mereka juga dikenal sebagai pembuat obat yang diolah dari sumber-sumber alam. Hidup orang-orang Aborigin dikenal sebagai serba upacara. Hal itu mereka anggap penting dalam setiap pelaksanaan pekerjaan seperti perkawinan, kematian, kelahiran dan sebagainya. Peranan orang tua sangat menentukan dalam sistem kehidupan orang-orang  Aborigin. Dewan Orang Tua (Council of Elders) berperan terutama dalam menentukan perang antar suku, upacara kelahiran, sunatan (inisiasi), keuntungan, pembagian makanan dan upacara kematian. Nuansa sakral sangat dominan terlihat dalam kesenian Aborigin. Hal ini dibuktikan dengan  ragam  kesenian  visual  yang  dihasilkan seperti lukisan, cukilan, goresan dan kerajinan menjalin serat (Kitley, 1994;391). Kebanyakan ekspressi kesenian itu dihubungkan dengan arwah para leluhur mereka. Cukilan pada batu dan kayu merupakan peninggalan kesenian dekoratif tertua seperti yang terdapat di kepulauan Melville dan Bathrust yang digunakan untuk dekorasi-dekorasi makam. Orang-orang Aborigin juga sangat dikenal dengan lukisan mereka. Yang paling spesifik dari lukisan itu adalah media lukis yang digunakan yaitu zat pewarna yang alamiah. Pewarna ini mereka olah sendiri dengan menggunakan bahan-bahan murni dari alam (terutama tumbuh-tumbuhan).
f. Rituala Adat Aborigin
Sebenarnya Suku Aborigin memiliki banyak ritual dalam kehidupannya, namun ada dua hal yang sangat sakral dan menonjol yaitu sebagai berikut :
§  Pemakaman
Suku Aborigin memiliki metode tersendiri tentang tatacara prosesi kematian. Mereka mempunyai metode utama  menguburkan orang mati dengan cara  di makamkan di atas pohon (tree burial) Dalam kebudayaan  suku Aborigin Australia, untuk menghormati siklus kehidupan mereka melakukan upacara pemakaman dengan menaruh  jasad dari orang yang sudah meninggal diatas pohon-pohon besar. Upacara ini disertai dengan tari-tarian untuk membuat arwah orang yang meninggal tenang. Setelah beberapa bulan bahkan tahun, tulang ini akan diwarnai dan digunakan untuk upacara sakral untuk menghormati arwah nenek moyang mereka.


§  Sunat
 Ritual Sunat Suku Mardudjara suku Aborigin Australia. Ritual sunat bagi suku Mardudjara agak sedikit berbeda dari biasanya. Ketika para pemuda suku Mardudjara sudah mendekati umur dewasa, para pemuda tersebut di haruskan bersunat, yaitu sekitar umur 15 - 16 tahun. Dalam ritual sunat ini sang pemuda ditelentangkan di dekat api unggun, kemudian dada si pemuda tersebut di duduki oleh kepala suku dengan menghadap ke arah kemaluan si pemuda tersebut. Kemudian kulit kemaluannya di potong dengan menggunakan pisau yang sudah dijampi-jampi
. Setelah proses pemotongan tersebut selesai si kepala suku memerintahkan si pemuda untuk membuka mulut dan kemudian si pemuda di haruskan menelan kulit kemaluannya sendiri tanpa harus dikunyah.
g . Seni dan Lukisan Aborigin Australia
Kebudayaan Australia kaya akan tradisi seni Aborigin. Bentuk kesenian Aborigin mengingatkan kembali ke masa lebih dari ribuan tahun yang lalu. Seni pahat batuan dan lukisan kulit kayu yang menampilkan kehidupan Aborigin yang selaras dengan alam. Hubungan anatara masyarakat Aborigin dan lingkungannya paling terlihat dalam penggunaan warna alami dalam lukisan yang sebagian besar terbuat dari oker (0cher).
·         Ada beberapa ajang dan festival Aborigin di Australia, seperti :
ü  Festival Yabun
ü  Saltwater Freshwater
ü  Festival Spirit
ü  Festival Yalukit Willam Ngargee Indigenius Art & Cultural
ü  Message Sticks
ü  Ord Valley Muster
ü  Laura Aboriginal Dance
ü  Festival Mowanjum
ü  Walking With Spirit
ü  Darwin Aboriginal Art Fair
ü  Cairns Indigenous Art Fair
ü  Gunbalanya ‘Stone Country’
ü  Aboriginal and Torres Strait Islander Art Award
ü  Alice Desert Festival
ü  Desert Mob, dll

Seni Cadas, kerajinan dan lukisan kulit pohon mengungkap kisah-kisah Masa Impian ini, menandai batas-batas kawasan dan mencatat sejarah, sedangkan lagu-lagu berkisah tentang perjalanan Masa Impian, secara lisan memetakan sumber-sumber air dan tanda-tanda alam yang penting lainnya.  Lirik-lirik khusus di dalam lagu ini telah diturunkan nyaris tak berubah dari generasi ke generasi selama lebih dari 50.000 tahun, dan sering kali diiringi clapstick atau dentaman rendah dari didgeridoo.  Demikian pula, tari-tarian tradisional mengungkap mitos-mitos penciptaan, menampilkan lakon para pahlawan di Masa Impian, dan bahkan kejadian-kejadian bersejarah yang baru terjadi.

B.  Perkembangan
§  Multikulturalisme
Kedatangan bangsa kulit putih di benua Australia telah membawa implikasi-implikasi terhadap tatanan tradisional etnik pemukim asli, sebagaimana telah dikemukakan pada tulisan terdahulu. Akan tetapi eksploitasi terhadap sumber kekayaan alam yang berlangsung kemudian telah memunculkan perubahan-perubahan besar dalam berbagai lapangan kehidupan. Dengan dibukanya ladang-ladang emas di daerah-daerah pertambangan seperti di Victoria, New South Wales dan Australia Barat, telah meningkatkan taraf perekonomian masyarakat. Seiring dengan meningkatnya pendapatan perkapita penduduk, kemampuan daya beli masyarakat tentunya bertambah yang berakibat terhadap peningkatan import ke wilayah ini. Ini berarti bertambah pula income negara dari sektor impor itu. Peningkatan-peningkatan income negara telah memberi peluang untuk dibangunnya secara efektif sarana-sarana perekonomian seperti transportasi, sarana pendidikan, jalan-jalan dsb. Jalan kereta api dari Melbourne ke William Town dibangun pada tahun 1854, setahun setelah itu dibangun pula jalan kereta api yang menghubungkan wilayah pedalaman Sydney. Efektifitas pembangunan sarana transportasi ini sekaligus juga membawa dampak terhadap intensifnya eksploitasi sumber daya alam lainnya terutama pertanian. Dampak penemuan emas ini ternyata juga berpengaruh pada peningkatan imigran yang datang ke Australia, seperti dari Cina, Asia, Jepang dll. Dengan demikian pertumbuhan penduduk semakin meningkat pesat. Imigrasi tidak hanya berdampak terhadap pertambahan jumlah penduduk, akan tetapi juga semakin beragamnya ras dan budaya yang terdapat di Australia. Akibat dari ini semua adalah timbulnya perpecahan dikalangan masyarakat, terutama antar ras, seperti pengalaman-pengalaman di beberapa tambang Victoria pada tahun 1957. Pada tahun itu jumlah orang Cina di sini mencapai 23.623. Jumlah ini sangat mengkhawatirkan orang-orang Eropa. Kekhawatiran ini lah yang menyebabkan parlemen Victoria dan New South Wales akhirnya mengesahkan undang-undang untuk membatasi masuknya orang-orang Cina (cf. Manning Clark,1981,Chpt.7).

Dengan semakin heterogennya masyarakat yang disertai meningkatnya mobilitas sosial dan taraf pendidikan mereka, pada akhirnya menimbulkan implikasi-implikasi terhadap munculnya kesadaran politik warga negara. Warga imigran makin menyadari hak-hak politiknya. Mereka enggan membayar pajak tanpa melalui persetujuan dari perwakilannya di Parlemen. Hal ini pada akhirnya mempengaruhi kebijaksanaan dan konstitusi pemerintahan Australia, seperti pengangkatan anggota upper house dari orang-orang kaya, pemilik tanah dan orang-orang yang berpendidikan. Sementara itu para pemilik tanah dan golongan konservatif menuntut agar konstitusi mencerminkan kepentingan-kepentingan besar dalam masyarakat. Tuntutan inipun akhirnya disetujui parlemen. Berkaitan dengan  hal yang dikemukakan itu, terjadi  pula beberapa pemberontakan seperti Ballarat dengan Eureka Stockade. Meskipun pemberontakan ini mengalami kegagalan, namun pemerintahan Inggris akhirnya membentuk sebuah parlemen di Victoria atas dasar pemungutan suara. Pembentukan parlemen ini mendorong koloni-koloni lainnya untuk berusaha memisahkan diri dari pemerintahan pusat. Ini menjadi persoalan-persoalan yang tidak mudah dalam mewujudkan sebuah republik yang bersatu.Pandangan Geoffrey Dutton mengenai "Republik Australia" dapat ditangkap melalui artikelnya yang dimuat dalam buku yang diedit oleh Arnold cs. sebagai berikut : setidaknya apa yang menggejala dalam kehidupan masyarakat Australia saat ini adalah ketidaksenangan terhadap pemerintahan Inggris. Ia menegaskan bahwa tidak semua orang menganggap bahwa Inggris adalah “rumah”, suatu bukti bahwa Inggris tidak lagi dapat menawarkan kekuatan militer bagi Australia demikianpun kekuatan ekonomi, moral dan budaya. Kewibawaan Ratu Inggris mulai pudar dikalangan rakyat Australia. Menurutnya sikap kolonial hanya diperlihatkan oleh manifestasi kebudayaan lama dan absurd. Dari apa yang kita tangkap dalam tulisan Dutton ini ialah sikap mendukung terhadap keharusan Australia menjadi sebuah republik, namun begitu komplitnya masalah Australia, ia meragukan akan terwujudnya Republik Australia.
             Multikulturalisme, kemudian menjadi gagasan yang muncul untuk mengatasi heterogenitas etnis yang terdiri dari berbagai etnis dengan latar belakang budaya yang berbeda. Upaya untuk penyatuan pola budaya ini semula sudah dirintis melalui gagasan asimilasi dan integrasi dalam rangka mencegah perpecahan antar etnis di Australia. Akan tetapi kemudian gagasan ini mendapat tantangan dari berbagai fihak terutama pihak politisi sayap kanan. Gagasan multikulturalisme yang kemudian diperkenalkan, dalam konteks yang sesungguhnya adalah legitimasi hak atas berkembangnya berbagai kultur di Australia secara sama. Namun dalam prakteknya gagasan multikulturalisme ini hanya menekankan aspek kultural semata tanpa dibarengi dengan pandangan yang sama terhadap kesempatan kerja. Sehingga, gagasan ini, oleh sementara pihak hanya dianggap sebagai upaya radikal untuk mempromosikan kepentingan etnis tertentu saja. Pada akhir tahun 1940an, ketika Australia membuka pintunya terhadap para imigran-imigran non British dan mengizinkan mereka tinggal dan menetap, beberapa persyaratan ditetapkan untuk mengasimilasikan mereka agar menjadi warga Australia yang sesungguhnya dan dapat melupakan kebudayaan asli mereka. Ketika imigran-imigran pertama yang berasal dari Itali dan Greek pada akhir tahun 1940 masuk ke Australia, mereka mengalami diskriminasi rasial dari orang-orang Inggris dan Irlandia. Para imigran ini mencoba untuk menguasai bahasa Inggeris serta meniru pola hidup orang Australia. Ini dianggap suatu cara asimilasi yang kemudian sangat bermanfaat ketika kebijakan White Australia dijalankan, namun tidak demikian halnya dengan asimilasi untuk imigran dari Asia dan Afrika karena perbedaan fisik mereka dengan orang Australia sangat menonjol  Setelah Perang Dunia Kedua, karena pertimbangan-pertimbangan pertahanan Australia, maka kebijaksanaan White Australia ditinjau kembali.

C. Kesimpulan
Ragam budaya menjadikan kita tahu akan sesuatu sejarah panjang yang tidak bisa dihilangkan atau dihapuskan, bangsa asli kulit hitam Aborigin di Australia ini menjadi saksi bahwasanya sejarah tidak akan pernah bisa di musnahkan walau zaman yang semakin canggih melanda negrinya mereka dengan segala keyakinan nya mempertahankan kebudayaan dan tradisi asli sampai akhir hayatnya.
Aborigin adalah sebuah kelompok masyarakat yang memeiliki banyak misteri keindahan tersendiri dari segi kepercayaannya yang masih animisme, praktek kegamaan seperti Sunat, dan pemakamannya yang berbeda juga kebudayaan dan seni yang sangat unik yang sudah semestinya dapat dilestarikan agar tidah punah begitu saja oleh penguasa zaman.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar