1.
Periode Dinasti
Awal
Periode Dinasti
Awal adalah puncak dari evolusi berlangsung budaya, agama dan politik, sulit
untuk menentukan awal sebenarnya. Menurut tradisi Mesir Kuno, raja pertama yang
memerintah atas seluruh Mesir adalah seorang pria yang bernama Menes. Dia
dianggap sebagai raja pertama Dinasti Awal dan tradisi menunjukkan bahwa dialah
yang menyatukan dua bagian Mesir, yaitu penyatuan Mesir Atas dan Mesir Bawah.
2.
Periode
Kerajaan Tua (Old Kingdom)
Lahirnya
kerajaan Mesir Tua setelah Menes berhasil mempersatukan Mesir Hulu dan Mesir
Hilir. Sebagai pemersatu, ia diberi gelar Nesutbiti dan digambarkan memakai
mahkota kembar.
Kerajaan Mesir
Tua disebut zaman Piramida, karena pada masa inilah dibangun piramida-piramida
terkenal, misalnya piramida Saqqarah dari Firaun Joser. Piramida di Gizeh
adalah makam Firaun Cheops, Chifren dan Menkawa.
3.
Periode
Peralihan Pertama
Pada kira-kira
tahun 2134-2040 SM yang digolongkan sebagai Periode Peralihan Pertama,
kekuasaan para firaun mengalami penurunan. Runtuhnya kerajaan Mesir Tua
disebabkan karena sejak tahun 2500 SM
pemerintahan mengalami kekacauan. Bangsa-bangsa dari luar misalnya dari
Asia Kecil melancarkan serangan ke Mesir. Para bangsawan banyak yang melepaskan
diri dan ingin berkuasa sendiri-sendiri. Akhirnya, terjadilah perpecahan antara
Mesir Hulu dan Mesir Hilir. Mungkin karena selama puluhan tahun aliran sungai
Nil amat berkurang dan terjadi bencana lapar. Dan sekali lagi Mesir dibagi
menjadi dua kerajaan.
4.
Periode
Kerajaan Tengah (Middle Kingdom)
Kerajaan Mesir
Tengah dikenal dengan tampilnya Sesotris III. Ia berhasil memulihkan persatuan
dan membangun kembali Mesir. Tindakannya antara lain; membuka tanah pertanian,
membangun proyek irigasi, pembuatan waduk dan lain-lain. Ia meningkatkan perdagangan
serta membuka hubungan dagang dengan Palestina, Syiria, dan pulau Kreta.
Sesotris III juga berhasil memperluas wilayah ke selatan sampai Nubia (kini
Ethiopia). Sejak tahun 1800 SM kerajaan Mesir Tengah diserbu dan ditaklukkan
oleh bangsa Hyksos.
5.
Periode
Peralihan Kedua
Kira-kira tahun
1640-1532 SM yang disebut Periode Peralihan Kedua, kekuasaan dialihkan ke
beberapa raja lokal. Dan Mesir dijajah oleh orang Hyksos dari Timur Tengah.
Pada akhir periode ini, Hyksos dikalahkan dan diusir oleh firaun Thebes. Sekali
lagi Mesir menyatu.
6.
Periode
Kerajaan Baru (New Kingdom)
Pada tahun 1532
SM Kerajaan Baru dimulai ketika raja pertama Dinasti ke-18, Ahmosis I,
menyelesaikan pengusiran Hyksos dari Mesir, yang telah dimulai oleh saudaranya
Kamose. Sepanjang Dinasti ke-18, orang Mesir mulai menggunakan istilah Firaun.
Dalam susunan
pemerintahan di Mesir, Raja disebut Firaun. Ia menempati puncak kekuasaan yang
dipegangnya secara mutlak. Ia juga dianggap sebagai dewa. Segala segi kehidupan
di Mesir diatur dengan Firaun.
Banyak
perluasan kerajaan dilakukan. Mesir di bawah Dinasti ke-18 mengawasi suatu area
yang meluas ke selatan, ke tempat yang kini disebut Sudan, dan ke timur, ke
wilayah Timur Tengah. Dinasti ke-19, Thutmosis I, berhasil menguasai
Mesopotamia yang subur. Dinasti ke-20, Thutmosis III, merupakan raja terbesar
di Mesir. Ia memerintah bersama istrinya, Hatshepsut. Batas wilayah
kekuasaannya di timur sampai Syria, di selatan sampai Nubia, di barat sampai
Lybia dan di utara sampai pulau Kreta dan Sicilia. Karena tindakannya tersebut,
ia diberi gelar “Napoleon dari Mesir”. Thutmosis III juga dikenal karena
memerintahkan pembangunan Kuil Karnak dan Luxor. Setelah pemerintahan Thutmosis
III, maka pemerintahan dilanjutkan oleh Amenhotep IV, kaisar ini dikenal
memperkenalkan kepercayaan yang bersifat Monotheis, yaitu hanya menyembah Dewa
Aton (dewa matahari) yang merupakan roh dan tidak berbentuk. Dan pemerintahan
terakhir dipimpin oleh Ramses II, ia dikenal membangun bangunan besar bernama Ramesseum
dan Kuil serta makamnya di Abu simbel. Ia juga pernah memerintahkan penggalian
sebuah terusan yang menghubungkan daerah sungai Nil dengan Laut Merah, namun
belum berhasil.
Tiap dinasti sebetulnya jarang puas dengan
kekuasaan dan kekayaannya. Akibat kerakusan itu mereka mulai berperang dan
memperluas wilayah. Bangsa-bangsa yang menempati wilayah selatan, utara, barat,
dan timur dijajah, dirampas hartanya dan rakyatnya dipakai sebagai budak.
7.
Periode
Peralihan Ketiga
Selama hampir
tiga abad Mesir lumpuh tidak berdaya menghadapi serbuan-serbuan dari Asia, pada
tahun 800 SM, Mesir terpaksa harus membayar upeti kepada raja-raja Assyiria.
Selanjutnya, pada abad ke-6 SM, Mesir ditaklukkan oleh Persia.
8.
Periode Akhir
Kekuatan Mesir
tidak disegani lagi oleh bangsa-bangsa lain. Bahkan Mesir berhasil dijajah dan
dikuasai oleh beberapa bangsa; Nubia, Assyria, Persia, dan Yunani (Macedonia).
Tahun 332 SM, Raja Macedonia, Alexander Agung menaklukkan Mesir dan
memasukannya ke dalam Kerajaan Hellenistiknya. Ketika Alexander meninggal tahun
332 SM, temannya, Jendral Ptolemeus menjadi gubernur Mesir. Pada 305 SM, ia
menjadi raja Mesir, dengan begitu didirikanlah dinasti firaun Ptolemeus. Para
penguasa Hellenistik memegang kekuasaan di Mesir selama hampir 300 tahun. Pada
masa terakhir pemerintahan dinasti Ptolemeus, Mesir diperintah oleh seorang
firaun perempuan, Cleopatra VII.
Kepercayaan
bangsa Mesir
Tulisan
Masyarakat
Mesir mengenal bentuk tulisan yang disebut Hieroglyph berbentuk gambar. Tulisan
hieroglyph ditemukan di dinding piramida, tugu obelisk maupun daun papirus.
Huruf hieroglyph terdiri dari gambar dan lambang berbentuk manusia, hewan dan
benda-benda. Setiap lambang memiliki makna.
Sistem
Kalender
Masyarakat
Mesir mula-mula membuat kalender bulan berdasarkan siklus peredaran bulan
selama 29,5 hari. Karena dianggap kurang tetap, kemudian mereka menetapkan
kalender berdasarkan kemunculan bintang anjing (Sirius) yang muncul setiap
tahun. Mereka menghitung satu tahun adalah 12 bulan, satu bulan 30 hari dan
lamanya setahun adalah 365 hari yaitu 12 x 30 hari lalu ditambahkan 5 hari.
Piramida Mesir
Piramida adalah
monumen yang terkenal di Mesir Kuno. Piramida telah dibangun oleh para raja Mesir pada zaman Kerajaan Tua dan Kerajaan Tengah sebagai simbol kerajaan yang megah. Piramida terdiri atas susunan batu raksasa (sampai 15.000 kg per batu) yang harus dibawa dari jauh. Pembangunan piramida memerlukan banyak tenaga (ahli bangunan, pemahat, pelukis, arsitek dan budak). Piramida yang paling besar adalah piramida Raja Khufu yang dikerjakan oleh 20.000
pekerja selama puluhan tahun. Piramida Khufu terbentuk dari 2 juta batu (masing-masing beratnya 15.000 kg).
Piramida berfungsi sebagai kuburan raja Mesir yang sangat megah, mewah, mahal dan rumit secara ilmu
arsitektur.
Dewa Dewi Mesir
Kuno
Dewi Isis
Isis (Aset, Usat, Iset), dalam mitologi Mesir, menikah dengan saudaranya Osiris (mirip
dengan Hera yang menikahi saudaranya Zeus dalam mitologi Yunani). Isis bermakna
ratu, dalam bahasa Mesir. Osiris dibunuh oleh musuhnya, dewa Set, dan
dicabik-cabik, lalu potongan-potongan tubuhnya disebarkan di seluruh Mesir. Isi
berduka atas kematian saudara/suaminya, lalu berkelana ke seluruh Mesir untuk
mengumpulkan semua bagian tubuh Osiris. Kemudian ia menyatukan semuanya menjadi
satu, dan membuat Osiris hidup kembali. Mereka lalu mmeperoleh seorang anak,
yaitu dewa Horus. Setelah Horus tumbuh dewasa, ia bertarung melawan Set dengan
mantra gaib dari ibunya.
Kisah ini memiliki banyak kesamaan dengan kisah dari Asia Barat
tentang Magna Mater dan suaminya Atis, dengan kisah dari Yunani tentang Demeter
dan Persephone, serta kisah tentang Dionysos. Semua cerita tersebut menampilkan
kematian dan kelahiran kembali. Oleh karena itu, orang Mesir berdoa kepada Isis
dengan harapan dapat dilahirkan kembali.
Dewa Horus
Horus (Haru) adalah
dewa Mesir yang pada awalnya berasal dari Mesir Hulu. Di Kerajaan Lama, orang
meyakini Horus memiliki kepala burung alap-alap, dan namanya juga bermakna
"alap-alap" dalam bahasa Mesir. Firaun merupakan bentuk manusia dari
Horus, dan setelah mati, firaun diyakini menjadi bentuk manusia dari Osiris.
Secara umum, Horus adalah dewa langit, putra dewa matahari, Re. Horus juga
adalah dewa perang dan perlindungan melawan kejahatan. Banyak orang membawa
jimat keberuntungan berbentuk mata Horus sebagai pembawa keselamatan.
Akan tetapi semua itu secara berangsur-angsur berubah pada masa
Kerajaan Pertengahan. Orang kini menganggap Horus sebagai putra Isis dan
Osiris. Horus dilahirkan ketika Isis menghidupkan kembali Osiris setelah Set
membunuhnya. Dengan demikian Horus menjadi dewa kelahiran kembali seperti
Persephone dan Dionysos dalam mitologi Yunani, Attis atau Tammuz di Asia Barat,
dan Yesus dalam agama Kristen.
Dalam beberapa kisah, Horus juga memiliki putra, dari hubungannya
dengan ibunya sendiri, Isis. Biasanya keempat putra Horus bertugas melindungi
organ dalam mumi, seperti halnya Horus melindungi orang hidup.
Dewa Osiris
Osiris (Asar, Asari, Aser, Ausar, Ausir, Wesir, Usir, Usire,
Ausare) adalah dewa tanaman di Mesir Kuno, seperti halnya Demeter di Yunani.
Itulah kenapa wajahnya digambarkan berwana hijau, seperti warna sungai Nil yang
airnya membuat orang Mesir dapat menghasilkan panen yang baik. Osiris adalah
putra sulung dari dewa bumi Geb dan dewi langit Nut. Ini terkait dengan
kenyataan bahwa tanaman tumbuh berkat kerjasama antara bumi dan langit. Sebagai
raja para dewa, Osiris mengenakan mahkota firaun dan membawa pelengkung dan
pemukul gembala untuk memukuli jelai. Seperti Demeter, Osiris memiliki saudara
dan saudari. Ia menikahi saudarinya sendiri, Isis.
Sejak Kerajaan Lama, sekitar 2000 SM, Osiris telah disembah
sebagai dewa alam maut dan kelahiran kembali, serta sebagai dewa tanaman. Dalam
bercocok tanam, benih dimasukkan ke dalam bumi lalu muncul lagi sebagai panen,
jadi banyak kebudayaan di dunia mengangap bahwa dewa tanaman adalah dewa
kelahiran kembali, selain Osiris, aspek ini juga adalah pada Persephone dari
Yunani serta Magna Mater dari Asia Barat.
Dalam suatu kisah, dewa Seth menipu Osiris untuk masuk ke dalam
sebuah peti kayu. Setelah Osiris masuk, Seth mengunci peti itu dan
melemparkannya ke sungai Nil untuk menyingkirkan Osirsi. Isis berusaha mencari
peti itu, dan pada akhirnya berhasil mengeluarkan tubuh Osiris dari dalamnya,
yang hendak ia makamkan. Akan tetapi Seth merebut tubuh Osiris dan
mencabik-cabiknya lalu menyebarkan semua potongan tubuh itu ke seluruh Mesir.
Isis berkelana untuk menemukan semua potongan tubuh Osiris, hingga ia berhasil
menyatukan semuanya kembali. Setelah tubuhnya menyatu, Osiris hidup kembali. Ia
dan Isis lalu memperoleh seorang anak yang bernama Horus.
Orang Mesir di Kerajaan Lama mempercayai bahwa firaun yang masih
hidup merupakan perwujudan Horus, sedangkan firaun yang sudah mati sebagai
perwujudan Osiris. Di kemudian hari, orang menganggap bahwa setiap orang yang
mati adalah perwujudan Osiris. Pada masa Kerajaan Baru, sekitar 1500 SM, Osiris
dan Re digabungkan menjadi satu dewa, di mana Re adalah wujudnya ketika siang,
dan Osiris adalah wujudnya saat malam.
Dewa Anubis
Anubis (Inpu, Anapa) adalah dewa arwah dan alam maut di Mesir pada
masa Kerajaan Lama. Karena jakal sering mendatangi pemakaman, tertarik oleh
aroma jenzah, maka Anubis sering digambarkan dengan kepala jakal, atau dalam
bentuk jakal utuh. Kepala Anubis berwarna hitam sebagai perlambang kematian.
Anubis adalah dewa yang penting pada proses persiapan pemakaman
sesorang. Ketika jenazah dibalsem untuk dijadikan mumi, para pembalsem
mengenakan kostum Anubis. Anubis juga dipercaya sebagai dewa timbangan hati,
untuk mengetahui apakah seorang arwah baik atau jahat.
Pada Kerajaan Lama, Anubis tak lagi dianggap sebagai dewa arwah
utama. Sebagai gantinya, Osiris menempati posisi tersebut. Anubis mulai
dipercayai sebagai putra Osiris, serta sebagai pembatu Osiris ketika mengurusi
para arwah.
Dewa Amon
Amon (Amun) dalam agama Mesir adalah dewa udara dan angin. Ia
terkadang tak kasat mata, seperti udara. Terkadang pula digambarkan berkulit
biru, atau sebagai katak biru, karena warna biru dikaitkan dengan udara.
Karena Amon adalah dewa udara, ia pun disembah sebagai dewa ba ("jiwa"), yang merupakan
napas kehidupan manusia. Ini menjadikan Amon sebagai dewa yang penting. Pada
akhir Periode Pertengahan Pertama, Amon disembah sebagai dewa pencipta dunia,
dan ia menikahi dewi Mut.
Di Kerajaan Baru, ibukota firaun adalah di Thebes, di Mesir Hilir,
dan kota itu menjadi kota utama penyembahan Amon. Dengan demikian para pendeta
Amon memperoleh kekuasaan yang besar.
Beberapa firaun memiliki nama yang mengandung unsur nama Amon,
misalnya Tutankhamon. Firaun lainnya, Akhenamon, berusaha merebut kekuasaan
para pendeta. Ia lalu mengganti namanya menjadi Akhenaten, dari kata aten ("surya"), lalu membangun
ibukota baru di Amarna. Setelah Akhenaten meninggal, para pendeta Amon kembali
memperoleh kekuasaan, dan ibukota dipindahkan kembali ke Thebes.
Para petualang Yunani seperti Herodotos menyamakan Amon dengan
dewa penguasa seperti Zeus, dan istri Amon, Mut, dengan istri Zeus, Hera.
Setelah ibukota firaun dipindahkan dari Thebes, pada akhir
Kerajaan Baru sekitar 1200 SM, semakin lama semakin sedikit orang yang
menyembah Amon. Akan tetapi, di sebelah selatan Mesir, bangsa Kush terus
menyembah Amon hingga sekitar 200 SM.
Dewi Mut
Mut (Maut, Mout) bermakna "ibu" dalam bahasa Mesir, dan
di Mesir Kuno, dewi ini disembah oleh orang-orang sebagai dewi ibu sejak
permulaan Kerajaan Lama, sekitar 3000 SM. Mut adalah ibu dari segalanya,
seluruh dunia, sehingga orang Mesir menganggapnya sebagai samudra, karena
mereka percaya bahwa pada awal waktu, segalanya muncul dari samudra. Semua dewa
lain dilahirkan dari Mut.
Orang menyembah Mut di kuil di seluruh Mesir dan hingga Sudah di
selatan, namun kuil terpenting Mut terletak di Karnak. Istri firaun biasanya
memimpin ritual untuk Mut, tpai ketika firaunnya perempuan, yang memimpin
ritual adalah anak perempuannya. Ketika Hatshepsut menjadi firaun pada 1500 SM,
ia membangun kembali kuil Mut di Karnak menjadi lebih besar dan lebih indah
daripada sebelumnya. Hatshepsut sendiri menganggap dirinya adalah keturunan
Mut.
Akan tetapi pada Kerajaan Pertengahan, sekitar 2000 SM, orang
mulai menggabungkan Mut dengan dewi Mesir lainnya seperti Sekhmet (singa betina
pelindung Mesir Huli) dan Hathor, dewi sapi istri Ra. Di Kerajaan Baru, sekitar
1500 SM, orang Meisr menganggap bahwa Mut adalah dewi yang sama dengan dewi ratu
Isis.
Dewa Ra
Ra (Re) adalah dewa matahari di Mesir kuno. Ia telah dikenal sejak
Kerajaan Lama sekitar 3000 SM. Ia ditampilkan dengan cakram surya di atas
kepalanya.
Ra diceritakan menaiki perahu dari matahari terbit di timur menuju
matahari terbenam di barat setiap hari, dengan ditemani oleh para pengikutnya.
Kisah ini mirip dengan kisah Helios, dewa matahari dari Yunani, yang
menjelajahi langit dari timur ke barat setiap hari. Bedanya adalah bahwa Helios
mengendarai kereta perang alih-alih perahi. Ra diceritakan menaiki perahu
kemungkinan karena orang Mesir biasanya menggunakan perahu jika bepergian
melalui sungai Nil.
Dewa Set
Set (Seth, Setesh, Sutekh, Setekh, Sluty) adalah saudara Isis dan
Osiris, dan seperti mereka, ia juga adalah putra dewi langit Nut dan dewi bumi
Geb. Set adalah sisi gelap dari saudara-saudarinya - Isis menumbuhkan tanaman,
dan Osiris adalah dewa para firaun yang menjaga keteraturan, namun Set adalah
dewa kekacauan. Dalam beberapa kisah, Set menunjukkan sisi jahatnya ketika ia
dilahirkan. Set tak dilahirkan dengan cara normal, ia keluar dari perut ibunya
dengan cara mencabik-cabik rahim dan perut ibunya.
Dalam lukisan, Set biasanya digambarkan dengan rambut dan mata
merah, sebagai perlambang bahwa ia aneh dan berbeda. Ia juga memiliki kepala
hewan, terkadang kepala buaya, kuda nil, atau babi hitam, semuanya merupakan
hewan-hewan yang berbahaya.
Dalam suatu kisah, Set melemparkan saudaranya Osiris ke sungai Nil
lalu mencabik-cabik tubuhnya. Putra Osiris, Horus, mencari Set, yang merupakan
pamannya, dan bertarung dengannya untuk membalas perbuatan Set terhadap
ayahnya. Akibat pertempuran itu, Horus kehilangan mata kirinya, sedangkan Set
kehilangan kemampuan untuk memiliki anak.
Akan tetapi dalam kisah lainnya, Set dan Horus disebutkan sebagai
aspek berbeda dari satu dewa yang sama. Orang-orang menyembah mereka
bersama-sama.
Dewa Thoth
Di Mesir, Thoth (Dihauti, Djehuty) adalah dewa pikiran, yang
meliputi kecerdasan, pemikiran, akal, dan logika. Orang Mesir sering menganggap
Thoth sebagai jantung dan lidah dewa matahari Ra, karena jantung dipercaya
sebagai tempat kecerdasan. Thoth adalah satu bagian dari dewa Ra yang lebih
besar, mirip dewa India, Krishena, yang merupakan bagian dari Wishnu, atau
Hermes, yang terkadang disebutkan sebagai salah satu spek dari saudaranya,
Apollo, dewa matahari dari Yunani. Dan memang, orang Yunani sendiri sering
menyamakan Hermes dengan Thoth. Dewa ni amat terkait dengan konsep keteraturan
dan pengetahuan.
Thoth biasanya memiliki kepala berupa burung ibis, dan namanya
kemungkinan bermakna "seperti ibis," karena ibis adalah burung yang
cerdas. Lain waktu, Thoth adalah dewa keadilan, dan ia memliki kepala babon,
atau tubuh babon dengan kepala anjing.
Istri Thoth adalah Ma'at, dan keduanya seringkali ditampilkan
berdiri berdampingan di kedua sisi di perahu Ra. Bersama-sama, Thoth dan Ma'at
melambangkan kebenaran, keteraturan, dan keadilan.
Karena Thoth begitu cerdas, ia terkait dengan hal-hal yang
dilakukan orang-orang cerdas, terutama penulisan hieroglif. Ia sering
digambarkan membawa pena dan lembaran. Thoth juga adalah dewa ilmu pengetahuan
dan sihir. Di Kerajaan baru, Thoth juga dipercaya sebagai penentu nasib arwah
manusia di alam maut.
Mumi
Mesir merupakan tempat yang
kering, dan jarang memperoleh hujan, tanahnya juga amat sangat kering. Jika
jenazah dikubur di tanah kering seperti itu, seringkali mayatnya tak membusuk.
Bakteri di dalam tanah terlalu sedikit untuk mengurai mayat. Akibatnya, jenazah
seringkali mengering dan menjadi mumi.
Sejak sekitar 3500 SM, tepat
sebelum Kerajaan Lama dimulai, orang Mesir memanfaatkan proses ini dengan
mengeringkan jenazah sendiri. Mereka menyukai gagasan bahwa tubuh mereka akan
terjaga selamanya dan mereka meyakini bahwa ini akan berguna di alam maut.
Sebagian besar orang, yang
merupakan rakyat miskin, hanya menyelimuti jenazah dengan kain linen dan
menguburkannya di tanah yang kering. Sementara orang kaya menggunakan proses
mumifikasi yang rumit. Pertama-tama isi perut jenazah dikeluarkan dan ditaruh
ke dalam guci kanopi. Kemudian otaknya dikeluarkan lewat hidung menggunakan
batang berkait. Organ-organ tersebut dikeluarkan karena merupakan organ basah
yang mengandung banyak bakteri sehingga dapat membuat tubuh membusuk. Meskipun
demikian, jantung tidak dikeluarkan karena orang Mesir meyakini bahwa jiwa
terdapat di jantung, sehingga jantung dibutuhkan di alam maut.
Kemudian jenazah diberi natron,
campuran garam dan soda yang dapat mengeringkan tubuh. Setelah itu jenazah
dibiarkan mengering selama beberapa minggu. Setelah dianggap cukup kering,
natronnya dibersihkan, dan bagian dalam tubuh jenazah diisi dengan dedaunan,
serbuk gergaji, serta benda-benda lainnya supaya tampak normal. Seluruh tubuh
jenazah lalu dibungkus kain linen, yang diselipi jimat-jimat. Lalu jenazah
dilapisi papirus, dan akhirnya dimasukkan ke dalam serangkaian peti kayu, dan
kemudian dalam sarkofagus batu.
Semakin kaya seseorang, maka
proses mumifikasinya semakin rumit, begitupun sebaliknya. Contohnya, jika tidak
mampu membeli natron, maka proses mumifikasi hanya dilakukan hingga pengeluaran
bagian dalam tubuh, atau proses pengeringan jenazah tidak ditunggu berlama-lama
hingga kering sempurna. Meskipun demikian, sebagian besar orang terlalu miskin
hingga sama sekali tidak menjalani mumifikasi setelah meninggal.
Mumi di Museum Vatikan
Ketika orang Mesir meninggal,
jika mereka kaya maka mereka akan membayar supaya tubuh mereka dijadikan mumi.
Ini dilakukan agar tubuh mereka bisa tetap terjaga hingga ke alam maut. Dalam
memproses jenazah menjadi mumi, isi perut jenazah harus dikeluarkan agar
tubuhnya tidak cepat membusuk. Dalam proses ini, hati, bagian dalam perut,
usus, dan paru-paru dikeluarkan dari dalam tubuh. Sementara jantung tidak
dikeluarkan karena diyakini bahwa jiwa manusia terletak di jantung.
Orang Mesir mempercayai bahwa di
alam maut pun, isi perut yang telah dikeluarkan itu tetap dibutuhkan. Oleh
karena itu, organ-organ yang telah dikeluarkan dari tubuh jenazah akan
dimasukkan ke dalam guci, dengan satu organ dimasukkan ke dalam satu guci. Guci
ini disebut "guci kanopi." Di makam-makam Mesir, ditemukan ribuan
guci kanopi.
Tiap organ memiliki dewa dan dewi
pelindungnya masing-masing, dan pada gucinya ditampilkan dewa yang
melindunginya. Para dewa pelindung ini adalah keempat putra Horus, dewa
perlindungan dan kelahiran kembali. Organ hati ditaruh dalam guci Imsety dengan
penutup berbentuk kepala manusia, dilindungi oleh dewi Isis; paru-paru ditaruh
dalam guci Hapi dengan kepala babon, dilindungi dewi Nephthys; bagian dalam
perut ditaruh dalam guci Duamutef dengan kepala jakal, dilindungi dewi Neith;
dan usus besar ditaruh dalam guci Qebehsenuef dengan kepala elang, dilindungi
dewi Serket.
Guci kanopi
Bangsa Mesir adalah salah satu
bangsa pertama yang meyakini bahwa jika seseorang melakukan banyak kebaikan
selama hidup, maka setelah mati akan memperoleh kebaikan pula, namun jika
semasa hidup melakukan banyak kejahatan, maka setelah mati akan dikirim ke
tempat yang buruk dan mengalami penderitaan.
Lukisan makam Mesir dari sekitar
2500 SM, di Kerajaan Lama, menggambarkan penimbangan jiwa yang oleh bangsa
Mesir dipercayai terjadi setelah seseorang meninggal.
Menurut orang Mesir, setelah
mati, jiwa seseorang (digambarkan sebagai orang kecil atau jantung) akan
ditaruh di satu sisi timbangan, dan di sisi lainnya ditaruh sehelai bulu.
Kemudian Thoth akan memutuskan ke manakah sang arwah harus pergi. Semakin
banyak kejahatan yang dilakukan semasa hidup akan menambah berat jiwa. Jika
jiwa yang ditimbang ternyata lebih berat daripada bulu, maka sang arwah akan
dikirim ke tempat yang mengerikan. Sebaliknya, jika jiwanya lebih ringan
daripada bulu, maka arwahnya akan pergi ke tempat yang menyenangkan.
Anubis melakukan
penimbangan jiwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar