Agama Sikh lahir dan mulai berkembang bersamaan waktunya
dengan kelahiran agama Protestan di Eropa, yaitu di akhir abad ke-19 M. Guru
Nanak sendiri hanya empat belas tahun lebih tua dari pada Martin Luther,
pendiri Agama Protestan itu. motivasi kelahirannya juga senada dengan kelahiran
Protestan. Kalau Protestan lahir sebagai reaksi terhadap eksistensi dan
kekuasaan gereja Katolik Roma di daratan Eropa, maka Agama Sikh lahir sebagai
reaksi terhadap Agama Brahma atau Hinduisme.
Agama Sikh semenjak kelahirannya sekitar lima abad yang
lalu, sampai sekarang masih tetap menarik perhatian para peminat penelitian
agama. Hal ini bukan saja karena keunikan tokoh pendirinya, perjalanan sejarah
perkembangannya dan seluk-beluk hubungannya dengan berbagai agama lain, tetapi
juga karena peristiwa-peristiwa sejarah, baik yang bersifat keagamaan maupun
politik, yang langsung diperankannya.
Sikh berarti murid, dan Sikha berarti murid
atau pengikut Sikh. Ada juga yang mengartikan Sikh sebagai “suatu
masyarakat agama di India dan Pakistan” atau suatu sekte keagamaan yang berasal
dari penyelewengan terhadap “Bramanis-Hinduisme.” Agama Sikh dikatakan juga
sebagai agama “sinkretis” karena ia didirikan dengan maksud “memperdamaikan
antara Islam dan Hinduisme.”
Pengikut Guru Nanak, pendiri agama Sikh, yang
beragama Hindu tidak dianggap sebagai penganut politeisme, karena mereka
mengatakan bahwa mereka adalah penganut kepercayaan yang monoteis. Kenyataan
ini dapat dianggap sebgaai pertanda bahwa agama Sikh lebih merupakan agama yang
mencoba menyatukan ajaran monoteis Islam dengan politeis Hinduisme. Oleh sebab
itu, dari satu segi, adalah menrik juga kalau banyak di antara penulis biografi
Guru Nanak menganggap Sikh sebagai suatu agama damai atau agama kedamaian,
sementara, dari segi lain, orang dapat menyangkal pandangan ini.
agama Sikh bukan Hinduisme dan bukan pula Islam. agama
tersebut adalah “Agama Guru dan Murid.” Pada waktu Nanak pergi naik haji ke
Mekah, pakaian umrah yang dikenakannya berwarna biru, menyalahi pakaian umrah
yang biasa berlaku, yaitu putih. Nanak sendiri pada waktu umrah berlagak
seperti seorang darwis atau fakir yang minta-minta. Ketika ia pergi ke Ceylon,
raja Ceylon saat itu ingin mendapatkan kepastian tentang agama Nanak : apakah
Muslim atau Hindu. Nanak mengaggap dirinya sungguh-sungguh telah menjadi
seorang guru yang mengajarkan suatu agama atau kepercayaan baru, yaitu “Tidak
ada Hindu dan Tidah ada Muslim.
agama Sikh mengalami perjalanan sejarah yang ironis.
Bersamaan dengan perjalanan waktu yang dilalui orang-orang Sikh yang menyebut
diri mereka sebagai pengikut setia Guru Nanak, mulai semakin dekat kepada
Hinduisme dan sebaliknya semakin asing dari Islam. Hal ini dimungkinkan oleh
adanya tiga faktor utama:
1.
Setelah Nanak meninggal
dunia banyak pengikut Nanak menghimpun diri dalam satu golongan atau sekte
tersendiri, meskipun Guru Nanak tidak secara terang-terangan menyatakan telah
membawa agama baru dan tidak membentuk satu masyarakat terpisah dari
penganut-penganut agama lain.
2.
Kebanyakan dari pengikut
agama Sikh berasal dari penganut agama Hindu yang masih mengikuti ajaran dan
praktek keagamaan yang lama. Mereka juga lebih dekat dengan hubungannya dengan
agama lainnya daripada Islam.
3.
Konflik-konflik politik
antara kaum Sikh dengan penguasa kerajaan Mongol membuat mereka benci kepada
Islam dan umat Islam pada umumnya. Oleh karena itu mereka lebih dekat dengan
orang-orang Hindu dan menjadikannya satu sekte dari Hinduisme. Hal ini terlihat
setelah Sikh berada di bawah kepemimpinan guru ke lima mereka.
Berikut adalah sepuluh urutan masing-masing guru Sikh
beserta peranan masing-masing dalam perjalanan sejarah agama Sikh:
1.
Guru Nanak, dianggap
sebagai pendiri agama Sikh. Riwayat hidupnya sudah diuraikan.
2.
Guru Angarh (1539-1552)
3.
Amar Das (1552-1574)
4.
Ram Das (1574-1581)
5.
Arjun (1581-1606)
6.
Har Gobind (1606-1645)
7.
Har Rai (1645-1661)
8.
Hari Krishen (1661-1664)
9.
Tegh Bahadur (1664-1675)
10. Govind Singh (1675-1708)
1. Ajaran
dan Praktek Keagamaan
A.
Ajaran Agama Sikh
1.
Tentang Tuhan Yang Maha
Esa
2.
Tentang Sabda adalah Kata
Tuhan
3.
Tentang Guru sebagai
Penuntun Hidup Abadi
4.
Tentang Praktek Spirituil
(Sadhana)
B.
Kitab Suci Agama Sikh
1.
Adi Granth
2.
Dasam Granth
C.
Praktek Keagamaan Sikh
Agama Sikh tidak banyak merumuskan upacara ibadat. Ibadat
yang paling pokok adalah semadi dalam rangka mengingat Tuhan untuk menyucikan
rohani dari pengaruh-pengaruh yang menjauhkan manusia dari Tuhan.
Nama Tuhan yang Murni diwujudkan dalam bentuk jamaah yang
oleh mereka disebut dengan Khalsa Panth (Jalan Yang Murni). Orang yang
sudah menempuh jalan ini, artinya sudah menjadi anggotanya melalui sakramen
atau baptis, akan memperoleh status sebagai “orang yang suci murni.”
Tidak semua kaim Sikh mengakui dan mau menerima upacara
sakramen dalam bentuk pembaptisan ini. Mereka menganggap bahwa baptis atau
sakramen bukan ajaran Nanak. Mereka tetap mengutamakan semadi dan ketentraman
jiwa dalam ibadat. Mereka disebut Sahajdharis atau “orang yang hidup
tentram.”
Akhirnya perlu dilihat kembali keyakinan dan
kecenderungan Nanak sendiri selama dia bersentuhan dengan berbagai ajaran agam
yang dianut oleh masyarakat India, terutama agama Hindu dan Islam.
Ibadat-ibadat Hindu jelas ditolak semuanya oleh Nanak,
tapi ibadat-ibadat Islam juga tidak ada yang ditetapkannya sebagai ibadat kaum
Sikh. Jalan semadi dan zikir yang diutamakannya untuk menyembah Tuhan adalah
merupakan jalan mistik yang paling populer dalam semua agama. Melalui jalan mistik
semua agama bertemu, sehingga benar kiranya bila dikatakan bahwa agam Sikh yang
didirikan oleh Nanak merupakan agama mistik sinkretis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar