Bahá’í
adalah agama yang independen dan bersifat universal, bukan sekte dari agama
lain. Pesuruh Tuhan dari agama Bahá’í adalah Bahá’u’lláh, yang mengumumkan
bahwa tujuan agama-Nya adalah untuk mewujudkan transformasi rohani dalam
kehidupan manusia dan memperbarui lembaga-lembaga masyarakat berdasarkan
prinsip-prinsip keesaan Tuhan, kesatuan agama, dan persatuan seluruh umat
manusia.
Umat
Bahá’í berkeyakinan bahwa agama harus menjadi sumber perdamaian dan
keselarasan, baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa maupun dunia. Umat Bahá’í
telah dikenal sebagai sahabat bagi para penganut semua agama, karena
melaksanakan keyakinan ini secara aktif.
Ajaran Baha’i
Ke esaan Tuhan
Bahá’u’lláh mengajarkan bahwa hanya ada satu
Tuhan Yang Maha Agung, yakni Tuhan Yang Maha Esa yang telah mengirim para Rasul
dan Nabi untuk membimbing manusia. Oleh
karena itu, semua agama yang bersumber dari satu Tuhan ini, haruslah
menunjukkan rasa saling menghormati, mencintai, dan niat baik antara satu
dengan yang lain.
“Tiada keraguan apa pun bahwa semua manusia di
dunia, dari bangsa atau agama apapun, memperoleh ilham mereka dari satu Sumber
surgawi, dan merupakan hamba dari Satu Tuhan.” — Bahá’u’lláh
Umat
Bahá’í percaya bahwa Tuhan adalah Sang Pencipta alam semesta dan Dia bersifat
tidak terbatas, tak terhingga dan Maha Kuasa. Tuhan tidak dapat dipahami, dan
manusia tidak bisa sepenuhnya memahami realitas Keilahian-Nya. Oleh karena itu,
Tuhan telah memilih untuk membuat Diri-Nya dikenal manusia melalui para Rasul
dan Nabi, seperti Ibrahim, Musa, Krishna, Zoroaster, Budha, Isa, Muhammad, dan
Bahá’u’lláh. Para Rasul dan Nabi yang suci itu bagaikan cermin yang memantulkan
sifat-sifat dan kesempurnaan Tuhan. Mereka merupakan saluran suci untuk
menyalurkan kehendak Tuhan bagi umat manusia melalui Wahyu Ilahi, yang terdapat
dalam Kitab-kitab Suci berbagai agama di dunia. Wahyu Ilahi adalah “Sabda
Tuhan” yang dapat membuka potensi rohani setiap individu serta membantu umat
manusia berkembang terus-menerus menuju potensinya yang tertinggi.
Keselarasan
dan Toleransi antar Umat Beragama
Umat
Bahá’í percaya bahwa tujuan agama adalah mewujudkan persatuan dan kebahagiaan
bagi seluruh umat manusia. Saling menghormati dan mencintai serta kerja sama di
antara pemeluk agama yang berbeda akan membantu terwujudnya masyarakat yang
damai. Karena itu, umat Bahá’í aktif berperan di berbagai usaha serta
proyek-proyek yang memajukan persatuan agama dan yang meningkatkan pengetahuan
dan pemahaman terhadap agama-agama lain. Umat Bahá’í menghormati keanekaragaman
dalam melakukan ibadah keagamaan.
penuh
semangat untuk mengabdi kepada rakyat banyak, melupakan manfaat duniawi bagi
dirinya sendiri, dan bekerja hanya demi kebaikan umum.”-----‘Abdu’l-Baha
Kesatuan Dalam Keanekaragaman
Salah
satu ciri khas masyarakat Bahá’í di seluruh dunia adalah keanekaragaman
anggotanya. Agama Bahá’í merangkul orang-orang yang berasal dari ratusan ras,
suku, dan bangsa, bermacam-macam profesi, serta berbagai golongan sosial
ekonomi----semuanya bersatu demi mengabdi pada kemanusiaan. Dalam masyarakat
Bahá’í keanekaragaman dihormati dan dihargai; dan pengalaman persatuan ini
menunjukkan bahwa umat manusia, dengan segala keanekaragamannya, dapat hidup
bersatu dengan penuh kedamaian dan cinta.
Kesatuan
Umat Manusia
Agama
Bahá’í mengajarkan bahwa semua manusia adalah sama di hadapan Tuhan, dan mereka
harus diperlakukan dengan baik, harus saling menghargai dan menghormati.
Bahá’u’lláh mencela prasangka ras dan kesukuan, serta mengajarkan bahwa semua
orang adalah anggota dari satu keluarga manusia, yang justru diperkaya dengan
keanekaragamannya.
Sifat Roh dan
Kehidupan Sesudah Mati
Umat Bahá’í
percaya tentang adanya roh yang kekal yang ada pada setiap manusia walaupun
kita tidak sepenuhnya mampu memahami sifat roh itu. Bahá’u’lláh bersabda:
“Engkau telah menanyakan kepada-Ku mengenai
hakikat roh. Ketahuilah bahwa sesungguhnya roh adalah sebuah tanda Tuhan,
sebuah permata surgawi yang kenyataannya telah gagal dipahami oleh orang-orang
yang paling terpelajar, dan tidak ada akal, betapa pun tajamnya, yang dapat
berharap untuk membuka rahasianya.”
Dalam kehidupan
yang fana ini, roh seseorang tumbuh dan berkembang sesuai dengan hubungan
rohaninya dengan Tuhan. Hubungan ini dapat dipelihara dengan jalan mengenal Tuhan
dan ajaran-ajaran-Nya yang diwahyukan oleh para Rasul dan Nabi-Nya, seperti
cinta pada Tuhan, doa, meditasi, puasa, disiplin moral, kebajikan-kebajikan
Ilahi, menjalankan hukum-hukum agama, dan pengabdian kepada umat manusia. Semua
itu memungkinkan manusia untuk mengembangkan sifat-sifat rohaninya, yang
merupakan pondasi bagi kebahagiaan manusia serta kemajuan sosial, dan juga
untuk menyiapkan rohnya untuk kehidupan sesudah mati.
Agama Bahá’í
mengajarkan bahwa realitas rohani setiap manusia, yaitu roh, adalah abadi. Pada
saat kematian, roh manusia akan melanjutkan perjalanannya dalam alam rohani.
Orang-orang yang telah menaati ajaran-ajaran para Rasul dan telah mengembangkan
kapasitas rohani mereka, kelak sesudah mati, akan mendapatkan keuntungan atas perbuatan-perbuatan
mereka. Bahá’u’lláh bersabda:
Budi Pekerti yang
Luhur
Umat Bahá’í
percaya bahwa manusia harus berupaya memperoleh sifat-sifat mulia serta
bertingkahlaku sesuai dengan standar moral yang tinggi. Salah satu tujuan dasar
kehidupan Bahá’í adalah mengembangkan dan memperoleh sifat-sifat mulia seperti
kebaikan hati, kedermawanan, toleransi, belas kasihan, sifat dapat dipercaya,
niat yang murni, dan semangat pengabdian. Umat Bahá’í dilarang bergunjing,
berbohong, mencuri, dan berjudi. Kebajikan-kebajikan tersebut diajarkan kepada
anak-anak sejak usia dini, sehingga menjadi bagian utama dari akhlak mereka dan
mengarahkan mereka kepada Tuhan, sehingga dengan demikian mereka akan lebih
mampu mengabdi pada umat manusia.
Kemandirian dalam
mencari kebenaran
Dalam
pencarian kebenaran mesti indevenden,tidak terkekang oleh sikap takhayul atau
tradisi.setiap orang yang ingin jadi pengikut baha’i harus memiliki keinginan
untuk mencari kebenaran Tuhan tanpak menyandarkan diri kepada para Nabi atau tradisi-tradisi
masa lalu.kebebasan manusia melihat perwujudan tuhan melalui pandangan kesatuan
dan memandang semua urusan dilihat dengan tajam.merupakan salah satu dasar
pengajaran baha’i.
Persamaan kaum wanita dan pria
Baha’i
barangkali hanya satu satunya agama di dunia yang sejak semula menegaskan
tentang kesamaan wanita dan pria.
Kemanusiaan
seperti seekor burung dengan dua sayapnya.sayap yang satu adalah jantan dan
yang lainya adalah betina.jika kedua sayap tersebut tidak kuat dan tidak di
dorong oleh kekuatan yang seimbang burung tersebut tidak bisa terbang.sesuai
dengan semangat zaman ini,kaum wanita harus maju dan memperoleh tugasnya
disemua bidang kehidupan sehingga menjadi sama.
Pendidikanmerupakan kewajiban yang harus diterapkan.sekalipun bahaullah
dan abdul baha tidak pernah memperoleh kesempatan dalam pendidikan formal
keduanya mengajarkan bahwa pendidikan universal merupakan syarat mutlak bagi
perdamain dan stabilitas dunia.
Bahasa universal. Menambah pandangannya tentang pendidikan universal.
Baha’i mengajarkan bahasa yang universal, sebagaimana bahaallah yang pernah
menyatakannya, “kami telah memerintahkan para wakil dewan peradilan, baik yang
berasal dari kultur setempat maupun dari wilayah-wilayah baru, dan dalam kaitannya
dengan sumber-sumber tulisan umum, mengajarkan tulisan-tulisan tersebut kepada
anak-anak di semua sekolah di seluruh dunia, sehingga dunia menjadi satu tanah
dan rumah”. Abdul baha adalah seorang penganjuruntuk menggunakan bahasa
esperanto sebagai bahasa universal.
Perbedaan antara
kekayaan dan kemiskinan harus di hilangkan.
Bahaallah
datang dari kalangan keluarga kaya, tetapi menghabiskan masa hidupnya, lebih
banyak di penjara sehingga dia benar-benar menyadari dan merasakan perbedaan
tersebut.oleh karena itu, ia meyakini bahwa perbedaan tersebut tidak sehatdan
tidak normal danharus dihilangkan. Sekalipun demikian, ia tidak memberikan
rencana terperinci tentang sebagaimana seharusnya mengubah kondisi demikian.
Hanya saja, dia menganjurkan kepada golongan kayadi seluruh dunia untuk
bermurah hati dan menyumbangkan sebagian hartanya kepada orang miskin. Dia pun
menganjurkan kepada semua pemerintahan di seluruh dunia untuk membuat peraturan
atau undang-undang yang menghalangi trjadinya jurang pemisah yang tajam antara
yang miskin dan kaya.
Pendidikan Diwajibkan bagi Setiap Manusia
Bahá’u’lláh
memberi kewajiban kepada orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, baik
perempuan maupun laki-laki. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kewajiban ini
karena keadaan ekonominya, masyarakat harus membantu mereka. Di samping
pelajaran keterampilan, keahlian, seni, dan ilmu pengetahuan, perlu
diperhatikan juga pendidikan akhlak dan moral anak-anak. Tanpa pendidikan,
seseorang tidak mungkin mencapai seluruh potensinya atau memberikan kontribusi
positif kepada masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan
haruslah
universal dan wajib.
Memajukan Perkembangan Kaum Wanita
Harus
tersedia kesempatan yang sama bagi perkembangan wanita dan pria, terutama
kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan. Wanita dan pria adalah
bagaikan dua belah sayap dari burung kemanusiaan. Perkembangan seluruh
kemampuan dan potensi masyarakat hanya dapat di wujudkan bila kedua sayapnya
itu sama kuat.
Bahaulah terus mendesak kaum
pria untuk menyadari dan memberikan rumus penuh dengan
kesempurnaan laten dalam diri
Sembahyang Wajib, Puasa, dan Doa
Umat
Bahá’í seperti juga umat agama-agama lainnya, diwajibkan untuk bersembahyang
yang dilaksanakan secara individu, serta untuk berpuasa selama periode
tertentu. Selain sembahyang wajib, terdapat pula banyak doa dan Tulisan Suci
lainnya yang dianjurkan untuk dibaca dan dipelajari. Kewajiban-kewajiban kerohanian
itu membantu orang-orang Bahá’í untuk memenuhi tujuan hidup mereka, yaitu
mengenal dan menyembah Tuhan dan berkembang secara rohani
Pembentukan liga bangsa-bangsa
dunia peradilan yang memutuskan pertentangan dan
perselisihan antara bangsa-bangsa harus dilembagakan. Empat puluh tahun sebelum
terbentuknya bangsa bangsa Bahaullah telah mengusulkan dibentuknya organisasi
ini dari sel penjaranya di Acca namun ketika liga bangsa bangsa di bentuk
setelah perang dunia ke 1 Abdul baha menganggapnya terlalu lemah untuk efektif.
Akhirnya semua puncak dari ajarah Baha’i adalah
membangun perdamaian yang permanen dan universal dan menjadi cita-cita utama
seluruh umat manusia.
Berbeda dengan islam dan agama-agama barat lainya
baha’i meyakini bahwa neraka dan surga bukanlah tempat.akan tetapi kondisi dari
jiwa yang tiada lain adalah realitas manusia.sifatnya abadi dan terus sesuai
dengan keinginan tuhanmaka itulah surga.sebaliknya jika jiwa manusia adalah
tuhan maka itulah neraka.dengan demikian penggambaran surga pada agama lain
hanya simbol bukan yang sebenarnya.
Ketika Baha’i berbicara tentang persatuan umat yang
dimaksud bukan hanya kesatuan dalam hidup ini saja melainkan kehidupan dan mati
sekaligus.dengan demikian hidup dan mati itu saling berkaitan erat.Abdul Baha
meyakini bahwa pandangan ini dihubungkan dengan kekuatan istimewa para nabi dan
orang orang suci yang melihat ke dunia lain melambangkan adanya saling
keterkaitan.
Berdasarkan kepercayan Baha’i tentang kesatuan
mutlak Tuhan maka dalam segala hal tidak boleh ada kejahatan,jika Tuhan itu ada
dan sama tidak ada tokoh setan di alam semesta.sebagaimana kegelapan hanyalah
tidak ada cahaya.dengan demikian munculnya kejahatan hanyalah keadan yang baik
menurut abdul baha.
“Dalam Dunia tidak ada kejahatan semua adalah
baik,sifat dan bakat manusia tertentu yang nampaknya jelek pada kenyatan tidak
demikian.
RUMAH – RUMAH IBADAH BAHÁ’Í
Rumah
ibadah Bahá’í dibangun dengan dana yang berasal dari sumbangan orang-orang
Bahá’í dari seluruh dunia. Rumah Ibadah ini dipersembahkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan dikenal dengan nama *Mashriqu’l-Adhkár, yang secara harfiah
berarti “tempat terbit pujian kepada Tuhan.” Rumah ibadah Bahá’í terbuka
bagi penganut dari semua agama.
Rumah
ibadah tersebut merupakan tempat untuk berdoa dan bermeditasi bagi individu dan
masyarakat. Saat ini, rumah ibadah Bahá’í sudah ada di setiap benua di dunia:
di New Delhi, India; di Apia, Samoa Barat; di Kampala, Uganda; di Sidney,
Australia; di Panama City, Panama; di Wilmette, Illinois, Amerika Serikat; dan
di Frankfurt, Jerman. Di seluruh dunia, sudah disiapkan lebih dari 120 lokasi
tempat akan didirikannya rumah-rumah ibadah tersebut. Pada masa yang akan
datang setiap masyarakat Bahá’í setempat akan mempunyai rumah ibadahnya
sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar