Rabu, 05 Juni 2013

Responding Paper Agama Jaina


Awal mula dari kemunculan agama jaina ialah ketika mahavira menyaksikan prilaku kasta brahmana  ( Brahmin ) yang banyak melakukan penyelewengan-penyelewengan sehingga membuat dia muak pangeran muda tersebut. Apalgi ketika ia menyaksikan kematian kedua orang tuanya dalam keadaan lapar padahal mereka hidup dalam kemewahan, itu dilakukan kedua orangnya Karena dalam ajaran hindu mengatakan kematian dalam keadaan lapar  merupakan suatu kematian yang suci ( holy death ). Setelah kedua orang tuanya meninggal itulah dia berkata kepada saudaranya :
               “ saudara, untuk berkabung atas kemangkatan ibu-bapak kita, saya berkehendak mengangkat sumpah bahwa dua belas tahun lamanya saya akan mengabaikan tubuh menahankan bencana apapun yang datang dari kodrat-kodrat gaib maupun manusia atau-pun hewan “. ( SBE. 22-200 ).
Mahavira melakukan perjalanan mengembara sebagai seorang kafir, dan bersumpah “ dalam masa 12 tahun terhitung mulai dari saat ini saya tidak akan mengucapkan sepatah katapun“. Dari sumpah itu dia mendapatkan banyak pelajaran, diantaranya dia itu lebih baik dari kata. Mahavira juga tidak membenarkan membunuh apa-apa yang bernyawa. Kemudian ajaran-ajarannya banyak didukung oleh kalangan raja-raja karena salah satu ajarannya adalah tidak boleh menyakiti benda-benda yang mempunyai ruh tetapi telah mewajibkan rakyat agar taat dan setia kepada orang yang memerintah, barang siapa yang melanggar atau menentang akan disembelih kepalannya. Apalagi seruannya mengandung sesuatu yang membayangkan isi hati mereka dalam menentang golongan brahmana. Penyebaran hasil pemikirannya disebar melalui padato-pidato dan ceramah-ceramah diberbagai kota di india.
Ajaran dan praktik kegamaan
Kitab Suci
sumber-sumber suci dikalangan para pengikut agam jaina adalah pidatdo-pidato mahavira. Kemudian pidato-pidato mahavira ini diteriam oleh para pengikutnya seperti para murid-muridnya,orang-orang arif,pendeta-pendeta dan para ahli ibadah. Sumber kepustakaan suci ini diturunkan dari generasi ke generasi secara lisan. Lalu dikarenakan takut ajaran-ajarn ini hilang dan bercampur dengan ajaran-ajaran yang lain maka pada abad ke-4 SM namun ada juga yang menyebut pada130 SM, para penganut jaina mengadakan pertemuan dibandar patli putra, untuk mengumpulkan naskah-naskah suci untuk dijilid manjadi satu. Dan kemudian kitab suci ini diberi nama siddhanta, yang menjadi ajaran pokok agama jaina. Dan bahasa yang digunakan dalam kitab ini adalah bahasa ardha majdi atau prakit. Namun bahasa tersebut hanya digunakan pada abad-abad sebelum masehi, setelah masehi untuk menjaga isinya kitab tersebut diganti bahasanya menjadi bahasa sansekerta.
 Sedangkan kitab siddhanta sendiri terdiri dari 12 anggas sebelumnya, semua itu adalah himpunan yang terdiri dari pidato-pidato mahvira. Namun anggas yang kedua belas telah lenyap sampai kini,tidak bisa diketemukan lagi. Namun tentang jumlah anggas seluruhnya, yang merupakan bagian dari kitab suci dijumpai perbedaan pendirian diantara sekte-sekte didalam agama jaina itu. Seperti sekte digambara mengakui ada 80 anggas dari bagian kitab suci agama jaina sedangkan sekte swetambara mengakui hanya 45 anggas saja. Sedangkan gerakan reformasi agama jaina hanya 33 anggas saja.
System kepercayaan agama jain
Konsepsi tentang tuhan
Agama jain atau jainisme menolak adanya tuhan yang dianggap sebagai pencipta atau penguasa dunia ini. Walaupun demikian menurut hut chison, paham jainisme tidak termasuk atheis, melainkan disebut non-teisme. Penyebutan ini didasarkan pada corak paha agama tersebut tentang apa yang disebut tuhan. Agama jain mengakui keberadaan apa yang disebut sang “Maha Kuat”, namun mengatakan bahwa sang maha kuat tersebut termasuk pula manusia, semuanya terbelenggu dalam alam dosa dengan sedikit atau tanpa ada kesempatan untuk melarikan diri darinya.
Para pakar telah mencoba meneliti mengapa jainisme menolak tuhan, namun mereka baru memperkirakan saja mengenai sebab tersebut. Yakni yang pertama. Jainisme merasa tuhan-tuhan itu tidak ada perlunya karena manusia sendiri mampu mencapai kelepasan melalui kekuatannya sendiri tanpa harus bergantung secara neurotic terhadap kekuatan-kekuatan lain diluar dirinya. Kedua, karena tuhan-tuhan itu malah seolah-olah dianggap sebagai hal yang dijelaskan berdasarkan prinsip-prinsip irasional.
 Sebab lainnya yang perlu dopertimbangkan adalah latar belakang krisis politik dan kemerosotan kemasyarakatan pada saat itu. Kemudian Pentingnya upacara korban dan pentingnya kedudukan para Brahmana sebagai tulang punggung sistem kasta.
Konsepsi tentang alam
Jainisme menganut filsafat dualisme, yaitu membagi alam saemesta ini menjadi dua kategori: zat yang hidup (jiva) dan zat yang tidak hidup (ajiva). Ajiva memiliki lima substansi yaitu benda (pudgala), dharma, adharma, ruang (akasa) dan waktu (kala). Unsure jiva dan keenam unsure ajiva tersebut disebut denga enam dravya.
Menurut agama ajarang agama jain substansi jiva dan ajiva adalah kekal, tidak diciptakan, tidak ada permulaan dan tidak berakhir. Atau dengan kata lain tidak ada sebab pertama yang menyebabkan terjadinya substansi-substansi tersebut.
Kemudian selain pembagian menurut kedua kategori tersebut, maka dari sudut pandang lain berbeda, substansi-substansi tersebut lebih lanjut diklasifikasikan menjadi dua yakni astikaya dan nastikaya.
Menurut kosmologi jainisme alam semesta ini adalah abadi, alam semesta ini bergerak melalui satu lingkaran terus-menerus dari stau tempat yang ideal menuju kearah titik bawah lalu dilanjutkan menaik lagi melalui titik atas dan begitu seterusnya. Menurut agama jain alam semesta ini bergerak bukan karena adanya tuhan melainkan bergerak secara mekanistis belaka.
Konsepsi tentang karma
Jainisme tetap menerima ajaran tentang karma-samsara dalam pemikiran tradisional india, dan mengajarkan bahw karma terjadi karena tercampurnya jiva dan ajiva. Konsep karma dalam jainisme  berpangkal pada prinsip dualism antara jiwa dan benda, atas dasra prinsip tersebut, menurut jainisme tubuh manusia itu memenjarakan jiwanya.
Menurut jainisme karma adalah energy jiwa yang dengan energy itu menyebabkan penggabungan jiwa dan benda dan kekotoran berikutnya dari jiwa itu. Menurut jain karma bisa dibersihkan, prose pembersihan karma disebut dengan nirjana, jika proses nirjana ini berjalan terus tanpa rintagan maka pada akhirnya semua karma akan tercabut dari jiwa dan akan mencapai tujuan utama hidup.
Tujuan utama dari orang Jain adalah menjadi seorang Paramatman, satu jiwa yang sempurna. Ini akan dicapai ketika semua lapisan karma, yang dianggap sebagai substansi, dibuang, yang memungkinkan jiwa muncul ke atas sampai di langit-langit alam semesta, dari kegelapan kepada cahaya, dimana, di luar Dewa-dewa dan perpindahan jiwa yang sedang terjadi, jiwa tinggal selamanya dalam kebahagiaan yang sunyi dari moksha. Moksha didefiniskan dalam agama Jain sebagai pembebasan, penyatuan diri (self-unity) dan integrasi, kesendirian yang murni dan ketenangan yang abadi, bebas dari tindakan dan keinginan, bebas dari karma dan kelahiran kembali. Moksha dapat dicapai dalam hidup ini atau pada waktu setelah mati. Ketika ia dicapai, manusia telah memenuhi tujuannya sebagai manusia-Tuhan (man-God). Bagi agama Jain tidak ada Tuhan pencipta dan, karena itu, tidak ada persatuan dengan Tuhan. Hakikat dari jiwa adalah kesadaran murni, kekuatan, kebahagiaan dan maha tahu.
Pandangan tentang pencerahan
Tujuan akhir dari ajaran jain adalah untuk mencapai kehidupan yang sempurna memperoleh pengetahuan tentang pencerahan dan akhirnya moksa yakni terlepas dari siklus kelahiran kembali.
Menurut agama jain jiwa yang telah mencapai kesempurnaan atau pencerahan menyebabkan pemiliknya mencapai tingkat kesalehan dan kesempurnaan dari luar. Sebagai contoh para tirthankara yang kesemuanya telah diakui berhasil mencapai kesempurnaan itu. Kemudian orang yang telah mencapai kesempurnaan jua akan dapat menikmati empat macam atribut yakni persepis yyang tak terbatas, pengetahuan yang tak terbatas, kekuatan yang tak terbatas dan kebahagiaan yang tak terbatas. Kesempurnaan jiwa seperti ini dapat dirasa ketika dia amsih hidup atau sudah mati.
Tentang Epsitemologi
Dalam aspek epistemologi, jaina menolak pandangan carvaka bahwa persepsi hanyalah satu-satunya sumber valid munculnya pengetahuan. Jika kita menolak kemungkinan memperoleh pengetahuan benar melalui inferensi dan testimoni orang lain, kita semestinya meragukan validitas persepsi, karena sekalipun persepsi kadang-kadang bisa bersifat ilusi. Padahal carvaka sendiri memakai inferensi (anumana) ketika mengatakan bahwa semua inferensi adalah invalid, dan juga ketika mereka menolak eksistensi objek-objek karena mereka tidak dilihat. Disamplng persepsi, jaina menerima inferensi dan testimony (sabda) sebagai sumber pengatahuan valid. Inferensi menberikan pengetahuan valid ketika ia mengikuti kaidah-kaidah logis yang tepat. Testimoni valid ketika ia merupakan laporan otoritas terpercaya. Atas otoritas ajaran-ajaran orang-orang sucu yang telah terbebaskan (jaina atau tirthankara) orang-orang pengikut ajaran ini mendapatkan pengetahuan yang benar yang tidak dapat diperoleh oleh orang yang masih terbatas. Testimoni Tirthankara ini tidak diragukan lagi ke-validan-nya.
Jaina mengklasifikasikan pengetahuan menjadi, pengetahuan langsung (aparoksa) dan pengetahuan antara (paroksa). Pengetahuan langsung lebih lanjut lagi dibagi lagi menjadi avadhi, manahparyaya dan kepala; dan pengetahuan antara menjadi mati dan sruta. Mati mencakup pengetahuan perseptual dan inferensial. Sruta berarti pengetahuan yang diambil dari otoritas. Avadhi-jnana, manahparyaya-jnana, dan kevala-jnana merupakan tiga jenis pengetahuan langsung yang bisa dikatakan sebagai persepsi ekstra biasa dan ekstra sensori avadhi adalah kemampuan melihat hal-hal yang tidak Nampak oleh indra; manahparyaya adalah telepathi; dan kevala adalah kemahatahuan. Disamping kelima pengetahuan benar tersebut diatas, ada juga tiga pengetahuan salah, yaitu samshaya atau keragu-raguan, viparyaya atau kesalahan dan anandhyavasaya atau pengetahuan salah melalui kesamaan.
Pengetahuan lagi dibagi menjadi dua jenis, yaitu pramana atau pengetahuan tentang suatu benda seperti apa adanya, dan naya atau pengetahuan tentang suatu benda didalam hubungannya dengan yang lainnya. Naya berarti titik pandang atau pendapat dari mana kita membuat pernyataan tentang sesuatu . Semua kebenaran adalah relativ terhadap pandangan kita. Pengetahuan parsial merupakan salah satu aspek yang takterhitung banyaknya tentang suatu benda disebut  “naya” . Terdapat tujuh naya yang empat pertama adalah artha-naya, kemudian tiga terakhir disebut sabda-naya.
Jaina percaya dengan pluralisme roh;
Terdapat roh-roh sebanyak tubuh hidup yang ada. Tidak hanya roh dalam binatang, tetapi juga tumbuh-tumbuhan dan bahkan dalam debu. Hal ini juga diterima dalam ilmu pengetahuan moderen. Semua roh tidak secara sama memilki kesadaran, ada yang lebih tinggi ada yang lebih rendah. Semaju apapun indria-indrinya, roh terbelenggu dalam pengetahuan y6ang terbatas; juga terbatas dalam tenaga dan mengalami segala jenis penderitaan.Tetapi setiap roh mampu mencapai kesadaran tak terbatas, kekuatan dan kebahagian. Mereka dihalangi oleh karma, seperti matahari dihalangi oleh awan. Karma dapat menyebabkan belenggu roh. Dengan menyingkirkan karma roh dapat memindahkan belenggu dan mendapatkan kesempurnaan alamiah.
 Tiga cara menyingkirkan belenggu, yaitu keyakinan yang sempurna dalam ajaran-ajaran guru-guru jaina, pengetahuan benar dalam ajaran-ajaran tersebut, dan perilaku yang benar. Perilaku benar terdiri atas praktek tidak menyakiti atau melukai seluruh makhluk hidup, menghidari kesalahan, mencuri, sensualitas, dan kemelakatan objek-objek indriya, mengkombinasikan ketiganya di atas, perasaan akan dikendalikan dan karma yang membelenggu roh akan disingkirkan. Lalu, roh mencapai kesempurnaan alamiahnya yang tak terbatas, pengetahuan tak terbatas, dan kebahagian yang tak terbatas. Inilah keadaan miksa menurut ajaran jaina. Hal ini telah dibukatikan oleh guru-guru dalam tradisi jaina atau Tirthankara. Mereka memperlihatkan jalan menuju moksa.
Tentang Metafisika
Di dalam aspek metafisikanya, jainisme mengambil posisi realistik dan pluralism relativistik. Ia disebut atau doktrin pluralistik realitas. Material dan spirit dipandang sebagai realitas-realitas yang independen dan terpisah. Terdapat atom-atom material yang tak terhitung jumlahnya dan roh-roh individu aspek-aspek dirinya yang juga tak terhitung jumlahnya. Sebuah benda mempunyai karakteristik yang tak hingga jumlahnya . setiap objek mempunyai karakter positif dan negative yang tak terhitung jumahnya. Adalah tak mungkin bagi manusia biasa untuk mengetahui semuanya itu. Kita hanya tahu sebagian kecil saja. Oleh karena itu, jainisme  mengatakan ia yang mengetahui semua sifat benda di dalam satu benda, mengetahui semua sifat semua benda, dan ia mengetahui semua sifat semua benda. Mengatahui senua sifat di dalam satu benda. Pengetahuan manusia, dengan melihat kapasitasnya yang terbatas , ia adalah relativ dan terbatas dan semuanya merupakan keputusan kita. Teori logika dan epistemologi Ajaran jaina ini disebut “syadvada”. Baik anekantavada maupun syadvada merupakan dua aspek dari ajaranyang sama –realistik dan prulalistik relativistik. Sisi metafisikanya bahwa realitas mempunyai karakter yang tak terhitung jumlahnya disebut anekantavada, sementara pandangan logika dan epistemologinya bahwa kita hanya dapat mengetahui beberapa aspek saja dari suatu realitas di dunia dan oleh karena itu keputusan-keputusan kita bersifat relativ, maka ia disebut syadvada dan ada tujuh golongannya:
1.      syadasti:secara relative, sebuah benda riil.
2.      Syannasti:secara relative, sebuah benda tidak riil.
3.      Syadasti nasty:secara relative, sebuah benda keduanya riil dan tidak riil.
4.      Syadavaktavyam:secara relative, sebuah benda tak bisadijelaskan.
5.      Syadasti cha avaktavyam:secara relative, sebuah benda riil dan tidak bisadijelaskan.
6.      Syannasti cha avaktavyam:secara relative, sebuah benda tidak riil dan tidak dapat di jelaskan.
7.      Syadasti cha nasty cha avaktavyam: secara relative, sebuah bendarill, tidak riil dan tidak bisa dijelaskan.
PRAKTEK KEAGAMAAN DALAM JAINISME
Asketisme
            Menurut jai nada dua motif melakukan kehidupan asketik, pertama bahwa kehidupan asketik dianggap sebagai salah satu macam atletikisme spiritual yaitu latihan spiritual para atlit menjelang pertandingan. Kedua, bahwa kehidupan asketik itu menempatkan prinsip serba dua antara materi dan spirit (jiwa). Alu mencari cara untuk membebaskan jiwa yang terkurung dalam daging.
Jainisme sangantmementingkan asketisme. Hal ini diandaikan sebagai perjuangan mahavira untu memperoleh pengetahuan agungng. Karena itu sifat asketik jainisme menjadi bgitu kstrim dan ketat.
Etika penganut agama Jain
Masyarakat jainisme terdiri atas pendeta, biara dan orang kebanyakan. Hanya ada lima disiplin spiritual didalam jainisme. Di dalam kasus kependetaan disiplin ini benar-baner ketat, kaku dan sangat fanatik. Sementara dalam kasus orang umum hal itu bisa di modifikasi. Kelima sumpah disebut “sumpah besar” (maha-vrta), sementara bagi orang umum disebut ‘sumpah kecil’ (anu-vrta). Kelima sumpah tersebut adalah (1) ahimsa (non kekerasan), (2) satya (kebenaran di dalam pikiran), (3) asteya (tidak mencuri), (4) brahmacharya (berpantang dari pemenuhan nafsu baik pikiran, perkataan maupun perbuatan), dan (5) aparigraha (ketakmelekatan dengan pikiran, perkataan dan prbuatan). Dalam halo rang umum, aturan ini bisa di modifikasi dan disederhanakan.
Untuk orang awam ada 12 atauran yang semula berasal dari aturan pendeta. Keduabelas aturan tersebut adalah
1.      Tidak pernah menyengaja melenyapkan kehidupan dari makhluk ang berorgan indra
2.      Tidak pernah berbohong
3.      Tidak mencuri
4.      Tidak berzina
5.      Tidak tamak
6.      Menghindari godaan-godaan
7.      Membatasi jumlah barang yang dipakai sehari-hari
8.      Menjaga hal yang berlawanan dengan usaha untuk menghindari dari kesalahan-kesalahan
9.      Menjaga periode-periode meditasi yang telah dicapai
10.  Mengamati periode-periode penolakan diri
11.  Memanfaatkan periode-periode kesempatan menjadi pendeta
12.  Member sedekah
Umat awam juga memegag prinsip ahimsa, dengan melakukan diet vegetarian dan selanjutnya melarang diri makan telor.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar